Lihat ke Halaman Asli

Philip

Belajar menuangkan isi kepala menjadi tulisan karena setiap tulisan akan menemukan takdirnya sendiri.

Menjaga Khidmat Apel Pagi

Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini saya ditugaskan untuk mendampingi Kecamatan Banjarmasin Timur dalam pelaksanaan apel pagi di halaman Balai Kota Banjarmasin. Tugas ini bukan hanya sekedar rutinitas, tapi sebuah kehormatan untuk memastikan setiap detail berjalan sempurna, menumbuhkan rasa hormat dan kebanggaan akan pekerjaan.

Saya memastikan perlengkapan apel pagi sudah siap, dari bendera, podium, hingga pengeras suara. Setelah semua persiapan fisik beres, saya mencetak susunan acara, sebuah pedoman yang akan menjaga jalannya apel tetap tertib dan teratur. Tak lupa, saya membuka lemari untuk mengambil naskah Pancasila dan teks doa, dua elemen penting yang akan dibacakan dalam upacara nanti.

Saat tiba di lobi Balai Kota, petugas upacara sudah menanti. Mereka tampak siap namun sedikit tegang. Saya menyerahkan susunan acara kepada MC, lalu memberikan naskah Pancasila dan teks doa kepada petugas yang akan membacakannya. Dengan suara tenang, saya memberikan arahan kepada MC, menekankan bahwa pembacaan UUD 1945 bersifat situasional---boleh dibacakan atau tidak, tergantung kesiapan dari petugas kecamatan. Mendengar hal itu, seorang Ibu yang mendampingi MC langsung menyatakan kesiapannya untuk membaca UUD 1945. Saya mengapresiasi semangatnya dan segera naik ke ruangan untuk mengambil naskah UUD 1945, yang kemudian saya serahkan kepada beliau.

Selanjutnya, saya menghampiri perwira apel, yaitu Bapak Sekretaris Kecamatan. Dengan sopan, saya memberikan pengarahan singkat, memastikan bahwa semua posisi dan peran telah dipahami dengan jelas.

Suara terompet berkumandang, menandakan bahwa apel segera dimulai. Pemimpin apel mendekati saya, menanyakan posisi yang tepat. Saya mengarahkannya untuk mengambil tempat di tengah, di depan peserta apel. Dengan sigap, pemimpin apel mengambil posisi, dan pasukan disiapkan.

MC mulai membacakan susunan acara. Suaranya serak-serak basah, namun justru menambah kekhusyukan suasana. Ketika pembacaan UUD 1945 dimulai, setiap kata diucapkan dengan lantang, penuh penekanan yang tepat. Suara Ibu yang membaca terdengar jelas dan tegas, membuat setiap orang yang mendengarnya meresapi makna dari setiap kata.

Seluruh rangkaian apel pagi ini berjalan dengan khidmat, sesuai dengan harapan. Setiap elemen, dari persiapan hingga pelaksanaan, berperan dalam menciptakan suasana yang penuh hormat dan keagungan. Tugas saya hari ini selesai dengan baik, namun lebih dari itu, ada rasa kepuasan tersendiri saat melihat bagaimana kerja keras dan persiapan matang membuahkan hasil yang memuaskan.

Pelaksanaan apel yang tampak sederhana atau sebuah rutinitas, akan tetapi terdapat banyak detail dan kerja keras yang harus disiapkan. Dan ketika semuanya berjalan lancar, itu adalah hasil dari kerja sama dan dedikasi semua pihak yang terlibat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline