Lihat ke Halaman Asli

Philip

Belajar menuangkan isi kepala menjadi tulisan karena setiap tulisan akan menemukan takdirnya sendiri.

Cerita Philips: Pergulatan untuk Masa Depan

Diperbarui: 18 Juni 2024   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Philips duduk di bangku kayu tua di depan rumahnya, merenungi masa depannya. 7 juni kemarin ia telah lulus dari bangku SMA. Pikiran tentang kuliah atau bekerja terus berputar-putar di kepalanya.

Philips tahu bahwa ia tidak bisa memilih keluarga tempat ia dilahirkan, tetapi ia juga tahu bahwa Sang Pencipta telah membekalinya dengan talenta yang bisa dikembangkan untuk mengubah nasibnya. Ia bercita-cita ingin menjadi seoarang pengacara.

Di benaknya terbayang wajah bapaknya hanya lulusan SMP, seorang penjaga parkir yang bekerja dari pagi hingga malam di pasar mardika, sedangkan ibunya tidak lulus SD dan tidak bisa membaca yang setiap hari berjualan nasi kuning terminal angkot mardika. Kehidupan mereka sederhana, tetapi penuh cinta. Kedua orang tuanya memiliki harapan agar pendidikan anak-anaknya lebih baik dari mereka.

 Kakaknya, yang saat ini duduk di bangku kuliah, menjadi kebanggaan keluarga, namun juga sumber kekhawatiran karena biaya kuliah yang tidak sedikit.

Philips tahu bahwa kuliah tidak menjamin kesuksesan, tetapi ia juga menyadari bahwa kuliah membuka peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, dengan kondisi keuangan keluarganya, melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah adalah impian yang sulit digapai. Ditambah lagi biaya uang kuliah tunggal (UKT) di tahun 2024 ini kian mahal.

Malam itu, Philips memberanikan diri berbicara dengan kedua orang tuanya di ruang tamu.

"Ibu, Bapak, aku ingin bicara soal kuliah," kata Philips pelan.

Ibunya menatap Philips dengan mata penuh kasih, "Apa yang ingin kamu bicarakan, Nak?"

"Aku tahu kita sedang kesulitan uang, tapi aku benar-benar ingin kuliah. Aku ingin punya kesempatan untuk pekerjaan yang lebih baik."

Bapaknya menghela napas, "Philips, kami mengerti keinginanmu. Tapi, biaya kuliah itu besar. Kakakmu saja hampir selesai, dan itu sudah membuat kita kewalahan."

"Sabarlah, Nak," kata ibunya lembut. "Kadang kita harus menunggu waktu yang tepat. Tuhan pasti punya rencana terbaik untuk kita."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline