Aku adalah seorang remaja akhir berusia 19 tahun yang sedang mencari jati diri. Namaku Silfa Ardany, aku sedang menempuh pendidikan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Perjalanan saya untuk dapat berkuliah sangat panjang dan dramatis.
Dimulai pada tahun 2021 dimana saat itu sedang menyebarnya wabah yang begitu besar yaitu COVID-19, dimana wabah ini memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan ekonomi keluarga saya yang awalnya serba kecukupan kemudian berubah 180 derajat. 2021 adalah tahun dimana saya lulus SMA dan pada waktu itu keinginan saya untuk masuk ke perguruan tinggi negeri sangat besar. Saya berkesempatan menjadi salah satu penerima SNMPTN hal tersebut menjadi langkah awal untuk saya dapat masuk ke PTN impian saya . Akan tetapi pada saat pengumuman ternyata saya tidak lolos. Saya waktu itu menganggap hal ini menjadi titik terendah di dalam hidup saya. Bagaimana tidak, usaha saya selama 3 tahun untuk mempertahankan nilai yang baik tiba-tiba berakhir nihil. Akan tetapi berkat dukungan dari orang tua saya dapat menerima kenyataan bahwasanya saya harus lebih berjuang untuk SBMPTN .
Besyukurnya beberapa hari setelah kegagalan tersebut saya lolos di salah satu Poltekkesdi Jawa Timur. perasaan senang, lega,haru bercampur jadi satu. Akan tetapi perasaan tersebut tidak bertahan lama dimana lagi-lagi semua itu tidak berjalan dengan mulus dikarenakan biaya yang disiapkan untuk daftar ulang harus terpakai untuk keadaan yang sangat darurat.
Pelaksanaan tes SBMPT pun sudah dekat, 3 hari sebelum tes saya sudah berada di kota tempat SBMPTN karena suatu hal dan sehari sebelum tes saya diberi kabar bahwa orang yang sangat saya cintai telah kembali ke Sang Pencipta, tidak banyak berfikir pada malam itu juga saya langsung kembali kerumah dengan perasaan yang sangat amat kacau. Saya memutuskan untuk tidak mengikuti tes karena waktunya bersamaan dengan proses pemakaman ayah saya, akan tetapi ibu saya terus memberikan support bahwa saya bisa, saya mampu untuk berjuang dan menghadapi ini semua dan akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti tes dimana saya langsung berangkat ke malang tepat setelah proses pemakaman. Pada saat mengerjakan soalnya pun mata saya sangat berat dan tidak dapat berfikir dengan semestinya semua seperti kosong tapi saya mencoba menjawab soal dengan semampu saya tanpa berharap lebih untuk lolos SBMPTN. 1 bulan setelah tes akhirnya pengumuman, dn ya lagi-lagi gagal saya tidak lolos SBMPTN untuk kali ini tidak begitu sakit,lebih ikhlas karena sudah banyak kegagalan sebelumnya.
Akhirnya saya memutuskan untuk gapyear atau menunda kuliah selama 1 tahun. 1 tahun itu saya gunakan untuk bekerja sambil menabung untuk biaya kuliah kedepannya disamping itu saya juga belajar untuk persiapan SBMPTN tahun 2022. Dengan keadaan ekonomi yang sudah berbeda saya akhirnya mencoba mencari informasi tentang beasiswa di instgram dan ketemulah dengan Beasiswa Online Scholarship Competition(OSC) yang dinaungi oleh Media Komunikasi(Medcom). Ada 3 tahapana dalam proses beasiswa OSC :
1. Seleksi Administrasi
2. Tes Potensi akademik
3. Wawancara
Setelah melakukan pendaftaran saya mencoba mencari informasi mengenai daya tampung beasiswa ini dan setelah melihat daya tampungnya yang hanya 20 anak per universitas dari pendaftar mencapai puluhan ribu anak disitu saya langsung tidak berharap lebih pada beasiswa ini.
Dengan kegagalan-kegagalan saya sebelumnya saya mencoba untuk introspeksi diri untuk menjadi lebih baik dalam segala hal. Dimana setelah pulang bekerja saya langsung belajar untuk tes beasiswa ini. Lelah,penat,capek itu pasti tapi dengan keinginan saya untuk mengejar cita-cita saya dan untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga menjadikan saya harus bekerja keras dan bekerja cerdas untuk itu. Setelah perjalanan kegagalan semua ini dengan pemgalaman hidup yang saya dapat dan pada akhirnya saya lolos beasiswa OSC Medcom yang membuat saya akhirnya dapat berkuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Nama : Silfa Ardany