Ketika pertama kali kepentok dengan halaman Kompasiana, saya tertegun. Wallan, kok banyak yang nulis opini ? Berat euy kalo tiap hari. Yang terpikir dalam benak saya dulu, opini itu kan mesti ditulis oleh ahlinya. Apa saya kebanyakan baca koran kali ya. Coba deh kita lihat dan baca halaman Opini di Harian Kompas. Ditulis oleh siapa. Tul kan ? Hampir semua yang nulis di sana adalah para pakar di bidangnya. Lalu, yang nulis opini di Kompasiana gimana ? Saya jadi ingat kalo punya blog pribadi yang banyak menyimpan informasi penting. Di sana saya pernah nulis Apa itu Opini, yang saya dikutip dari majalah usang di gudang. Blog pribadi itu berisi catatan-catatan penting dari segala sumber, berguna untuk menghimpun informasi yang nanti mana tau saya butuhkan. Misalnya mau nulis artikel untuk majalah internal Perusahaan. Kan mesti dibuat garis demarkasi yang jelas biar gak melenceng. Soalnya di majalah internal bahasanya mesti formal dan tema biasanya dibatasi seputar manajemen saja. [caption id="attachment_77286" align="alignnone" width="300" caption="Mau nulis apa ngomong sich ?"][/caption] Blog pribadi yang bukan hanya untuk pribadi itulah yang memprotek saya dari kepikunan, lupa, katrok, entah apalagi, tambahin no yang penting bisa mengingatkan saya supaya tetap di jalan yang lurus. Ceileeeeee Yang ingin saya sampaikan sebenarnya adalah saya hanya ingin meyakinkan diri bahwa Opini terbagi dalam beberapa jenis. Lega telah mengingatkan diri sendiri bahwa nulis Opini tak perlu harus menjadi pakar.Tulis saja dan terus saja tulis. Menulis seolah ngomong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H