Lihat ke Halaman Asli

Ketidaksetaraan Gender: Budaya Patriarki dan Stigma dalam Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 8 Desember 2023   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permasalahan mengenai gender sampai sekarang sering menjadi perbincangan di masyarakat. Stigma-stigma yang beredar di masyarakat, seringkali memojokkan satu pihak saja. Seperti contohnya budaya patriarki yang masih sering beredar di masyarakat Indonesia. Patriarki merupakan sistem sosial dengan keadaan pria lebih dominan dari perempuan dalam hal otoritas, partisipasi sosial, politik, kedudukan, dan lainnya. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kegiatan manusia. Di Indonesia sendiri hubungan antara laki-laki dan perempuan masih banyak didominasi dan dipengaruhi dengan ideologi gender yang menumbuhkan budaya yang bernama patriarki. Patriarki yang mendominasi budaya berkontribusi pada pembentukan ketidaksetaraan gender yang mempengaruhi semua bidang dan aspek aktivitas manusia.

Budaya Patriarki di Indonesia

Budaya patriarki di Indonesia saat ini cukup menuai pro dan kontra dalam sudut pandang masyarakat. Dari sisi pro, budaya ini memang sudah ada dari zaman dahulu secara turun temurun. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa yang namanya budaya harus dilestarikan secara turun temurun. Tetapi hal tersebut juga menuai kontra, apalagi pada era digital saat ini banyak perempuan yang memiliki karir sehingga mau tidak mau harus mengesampingkan peran perempuan yang dituntut harus bisa masak serta melakukan pekerjaan rumah lainnya. Padahal pada kenyataannya perempuan juga berhak untuk memilih pilihan terbaik dalam hidupnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Banyak juga yang mengatakan bahwa “buat apa sih perempuan tuh sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya nanti juga akan di dapur dan mengurus anak” padahal dengan memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas akan membuat karir seorang perempuan semakin bagus, perempuan akan menjadi lebih mandiri, kuat serta tangguh, meskipun tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan. 

Selain itu, stereotip gender sendiri memiliki peran yang signifikan dalam mempertahankan dan memperkuat budaya patriarki di Indonesia. Stereotip gender merupakan pandangan umum atau prasangka terhadap peran serta karakteristik laki-laki dan perempuan yang dapat memengaruhi perilaku, norma, dan nilai-nilai dalam masyarakat. 

Stereotip gender sering terjadi di tengah masyarakat, mengapa demikian? Pasalnya, seperti yang kita ketahui stereotip mengenai keberadaan perempuan masih cukup kental, misal anggapan perempuan hanya perlu mengurus rumah tangga, harus bisa masak, tidak perlu pendidikan tinggi, dan anggapan lainnya. Streotip gender memainkan peran penting dalam mempertahankan dan memperkuat budaya patriarki di Indonesia. Laki-laki mendominasi sebagai pihak yang memiliki kendali utama dalam struktur masyarakat dan perempuan memiliki pengaruh yang terbatas atau bahkan dianggap tidak memiliki hak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk ekonomi, sosial, politik. Ini berlaku juga dalam institusi pernikahan, di mana perempuan cenderung ditempatkan pada posisi yang lebih rendah atau inferior. 

Patriariki menyebabkan berbagai masalah, seperti KDRT, pelecehan seksual, meningkatkan angka pernikahan dini. Streotip gender sendiri seringkali mengakibatkan perempuan dipandang hanya cocok untuk peran-peran tertentu saja. Peran yang dimaksud seperti mengurus rumah tangga, sementara perempuan tidak diberikan kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan, karir, dan kehidupan sosial. Meskipun telah ada berbagai gerakan feminis dan aktivis perempuan yang gencar menyuarakan serta menegakkan hak perempuan, praktik budaya patriarki masih berlangsung hingga saat ini. Praktik ini menyebabkan berbagai masalah di Indonesia, seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan peningkatan angka pernikahan dini. Upaya terus dilakukan oleh berbagai kelompok, pemerintah, dan aktivis di Indonesia untuk mengatasi kelemahan patriarki dan mempromosikan kesetaraan gender serta keadilan sosial.

Stigma dalam Masyarakat

Beberapa masyarakat masih menganggap sepele pentingnya pendidikan tinggi bagi perempuan. Ada stigma yang menyatakan bahwa meskipun perempuan mengejar pendidikan tinggi, pada akhirnya mereka akan kembali ke dapur. Pandangan ini tidak hanya membatasi perempuan secara sosial dan ekonomi, tetapi juga menunjukkan ketidaksetaraan gender yang masih bersarang dalam budaya patriarki. 

Sebaliknya, banyak yang menegaskan bahwa pendidikan tinggi memberikan perempuan kesempatan untuk membangun karir yang sukses, meningkatkan kemandirian, kekuatan, dan ketangguhan. Meskipun perempuan mungkin tidak dapat menghindari beberapa tugas tradisional, memiliki pendidikan yang berkualitas memberikan mereka kemampuan untuk lebih banyak berkontribusi pada masyarakat dan mencapai potensi penuh mereka. 

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari budaya patriarki dan stigma-stigma yang beredar di Indonesia, diantaranya rendahnya partisipasi perempuan di beberapa industri pekerjaan, tingginya angka kekerasan pada perempuan, diskriminasi di tempat kerja, akses pendidikan, keputusan mengenai politik, dan bahkan kontrol atas dirinya sendiri.

Budaya patriarki dan stigma-stigma yang melekat pada perempuan masih menjadi masalah yang perlu diatasi. Meskipun telah ada berbagai gerakan feminis dan aktivis perempuan yang gencar menyuarakan serta menegakkan hak perempuan, praktik budaya patriarki masih berlangsung hingga saat ini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk terus mengatasi kelemahan patriarki dan mempromosikan kesetaraan gender serta keadilan sosial. Perlu diingat bahwa kesetaraan gender dan keadilan sosial adalah hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi. Semua orang, tanpa terkecuali, harus diberikan kesempatan yang sama dalam hal pendidikan, karir, dan kehidupan sosial. Oleh karena itu, mari bersama-sama memerangi budaya patriarki dan stigma-stigma yang melekat pada perempuan, dan membangun masyarakat yang lebih adil dan merata bagi semua orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline