Lihat ke Halaman Asli

Aku Mati di Hari Kelahiranku

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13276514921089195750

Aku mati di hari kelahiran ku. Kelahiranku selalu menjadi siklus dari suatu budaya yang tak pernah bisa menghargai dan mengakui keberadaanku Karena aku perempuan aku di anggap sampah setelah mengotoriku dengan sebongkah kotoran Air mani di wajahku Maka setelah aku dibiarkan kotor kemudian aku di buang ke dalam bak sampah Dimana letak Keadilan? Dimana letak kebenaran? Dimana Nurani kalian sebagai ibu yang melahirkan seorang bayi perempuan yang harusnya menjadi dewi keadilan Di tangan kananku ku pegang Pedang sebagai senjata untuk melindungi diri Ditangan kiriku ku pegang timbangan yang terus dan terus ku jadikan patokan sebuah keadilan yang tak pernah diperhatikan Karena adalah sang dewi yang  mati di hari kelahiranku Aku hidup dalam Roh pendahulu-pendahulu yang begitu kotor karena itu aku selalu salah dan salah Melihat kesalahan yang selalu datang tak pernah berhenti menimpah diriku aku memutuskan berehenti untuk melakukan kesalahan itu Tapi ternyata bukan hal yang mudah untuk ku tegakkan sebuah kemerdekaan pribadi Bagaimana tidak ketika aku disibukan dengan diriku, tanpa sadar orang terdekatku menjadi korban pelampiasaan mereka terhadapku Ketika aku berbalik arah mencari mereka, mereka hilang dan berganti kepribadian yang baru Semua terasa begitu gila.

Aku hanya ingin menjadi seorang dewi keadilan

Seorang wanita dewasa yang mencari perlindungan ditengah kezaliman

Apa yang salah dengan ku

Di mana letak keadilan?

sumber: (seorang bayi yang mati dihari pertama kelahirannya 21-08-1991)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline