Wajah letih mama yang tak lagi muda, Wajah lelah mama melakukan pekerjaan yang memberatkan fisiknya, sekali lagi air mataku tak kuasa menahan pedih yang tak kuasa ku tahan.
mama adalah semangat sekaligus pendorong masa depanku. 2009 tahun pertama ku mulai meninggalkan mama demi pilihanku mewujudkan cita-citaku untuk menjadi dokter. aku perempuan adalah anak yang tak pernah bisa jauh dari mama. demi mewujudkan cita-citaku aku tau butuh pengorbanan yang begitu besar mama lakukan. bukan hal yang mudah untuk mama ketika dunia seolah berbalik menjatuhkan kami untuk memulai hidup dari awal lagi. dulu ketika papa masih bisa mewujudkan semua keinginan kami. dulu ketika pundi-pundi rupiah itu seolah begitu mudah papa wujudkan. harusnya hal seperti ini tak menjadi beban moril untuk mama menyekolahkanku di jurusan kedokteran. tapi dunia seolah tak berpihak pada kami. ketika masa kejayaan itu masih ada di tangan papa dan mama begitu banyak pengorbanan mama keluarkan untuk saudara-saudaranya. anak-anak dari saudara mama, bahkan lingkungan setempat seolah begitu menghormati keberadaan kami. ya ketika kekayaan masih sepenuhnya menjadi milik kami.
Tapi kini aku melihat mama berjuang sendiri mewujdkan cita-citaku aku sadar bukan hal yang mudah dan gampang untuk menguluarkan biaya untuk mewujudkan impianku. tapi mamaku adalah mama yang tak pernah putus semangat demi mewujudkan cita-cita anaknya. aku tau mama tak pernah menuntut mereka yang dulu mama tolong untuk membalas semua kebaikan mama dengan sekedar membantu untuk meringankan sedikit beban mama untuk menyekolahkanku,aku tau dengan kesedihan mama yang satu sisi seolah tak sanggup mewujudkan biaya yang begitu besar aku tau tentang ketidak sanggupan itu. tetapi mama tak pernah mengeluh bahkan ketika tanggal pembayaran itu semakin dekat didepan mata pundi-pundi rupiah itu belum bisa sepenuhnya mama kumpulkan. papa tak mungkin lagi mewujudkan semua itu ketika masa kejayaan papa sudah berakhir dan hidup kami hanya tergantung dari usaha pertokoan yang dibangun dari hasil tunjungan akhir papa. tak ada untuk menyerah untuk kedua orang tuaku demi cita-cita anaknya.
mama dan papa tau semua keterbatasan dan kelebihan sekecil apapun itu. mama tau segala detail tentang aku. ketika semua itu masih menjadi milik kami ketika kejayaan masih papa genggam tak pernah sedikitpun mama membiarkan ku untuk diasuh orang lain. aku begitu diperhatikan. sebagai anak 3 anak pertama papa dan mama adalah sepasang kembar laki-laki. tetapi tuhan lebih mencintai mereka, ketika itu kelahiran mereka sebagai sepasang kembar dengan usia prematur mama hanya ditangani bidan setempat.
Suatu penanganan yang ketika aku kuliah dan belajar tentang ginekologi tentang bagaimana cara penanganan anak postpartum apalagi dengan keadaan prematur hal seperti ini sebenarnya salah. bagaimana mungkin kelahiran dengan prematur dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang lebih spesifik. harusnya kakak kembarku diberikan penanganan sebagaimana yang ku pelajari perbedaan suhu yang kemungkinan menyebabkan kondisi hipotermia pada anak. hinga saat ini masih belum bisa ku temukan jawaban atas penjelasan ini. aku belajar begitu serius ketika masuk pada modul ginekologi khusus membahas kehamilan dan gangguan persalinan.
Satu hal yang membuatku kecewa hingga hari ini karena aku tak bisa memiliki kakak laki-laki kandung satu hal yang begitu aku rindukan hingga saat ini. tetapi kenyataan yang terjadi aku tak bisa membalikan kenyataan selain doa yang tulus untuk mereka. sudahlah mungkin itu menjadi suatu kenyataan hidup untuk kami. Hingga saat ini entah dari mana ku ketahui perasaan papa yang masih begitu terpuruk dengan kematian kedua kakakku. mengapa tidak ? Seperti cerita mama ketika itu papa masih bekerja di irian jaya sedangkan mama bersama nenek dan keluarga mama ketika itu masih belum ada sarana telkomunikasi yang semaju sekarang, begitu pula sarana transportasi yang masih sangat sulit. Semua itu membuat papa tak bisa menghadiri persalinan anak pertama mereka. kakak kembarku. aku tak tau pasti bagaimana proses persalinan itu tapi aku sangat begitu yakin tentang prosedur yang salah dan tidak memiliki penanganan yang spesifik. untuk papa aku percaya beliau selalu memberikan segala yang terbaik untuk mama Aku percaya itu .
lepas dari cerita itu kembali lagi ke kekecewaan papa. mungkin papa berharap besar memiliki anak pertama laki-laki, tapi hal itu tak membuat kehadiranku disia-siakan olehnya. justru setahun setelah kematian kakak kembarku kelahiranku seolah menjadi pembuka kebahagiaan mereka. bukan hanya diceritakan mama tetapi melalui foto-foto masa kecilku ketika aku masih berumur 0-1 bulan sudah dipastikan begitu besar kebahagiaan itu. singkatnya masa-masa kecilku begitu indah dilalui.
aku kecil selalu menyukai fantasi. semua yang ku alami aku tulis pada lembaran diary ku. satu ingatan yang tak bisa aku lupakan hingga saat ini ketika itu mama dirawat di Rs karena mengalami keguguran. satu fantasi tentang bencana besar begitu menganggu pikirku. hal ini yang kuharapkan kelak menjadi pembalajaran ketika aku menjadi seorang ibu kelak sebagai pembelajaran terpenting. Kini aku telah dewasa sudah genap berusia 20 tahun begitu banyak kejadian yang aku alami. dan tahun ini adalah tahun terakhir aku berada di semester 5 jurusan kedokteran umum. entah keberanian apa yang membuatku begitu yakin jika tahun ini aku harus menamatkan pendidikan dokter mudaku. lebih cepat dari angkatanku karena keyakinanku tentang satu rahasia yang hanya aku yang tau pasti kebenarannya. membuatku seolah memegang kunci dari semua persoalan yang aku timbulkan dari tulisan-tulisanku.
aku yang mengalami semua kejadian itu secara sadar pada ambang intra koneksi. sesuai prinsip pengaturan otak aku begitu yakin inilah kelebihan yang belum sepenuhnya aku kelolah. namun berdasarkan prinsip kerja otak pengunaan otak itu dapat mencapai tingkat kemukjizatan ketika mampu melakukan pembandingan melalui fungsi internal yaitu pada aspek kebahasaan , isyarat ilmiah dan berita-berita gaib, sedangkan pada 7 mukjizat ilmiah Al-quraan aku baru bisa mencapai tingkatan pengelolahan yang masih begitu minim aku baru bisa menulis tentang Reproduksi Manusia, dan Tentang kejadian Alam semua itu begitu nyata terjadi dan sanggup terproses pada otakku.
hanya melalui terjemahan Al-Quraan aku membaca tentang ayat-ayat penciptaan manusia, ketika malam entah ini yang disebut sebagai Fitrah-ku informasi itu terlihat jelas dan begitu nyata seperti vidio yang terputar pada layar monitor.
hingga saat ini aku belum bisa dan tak menemukan pengajar dan pembimbing yang spesifik mengajariku secara nyata mengelolah fingsi otak ini. satu hal yang kusesali dari bidang akademikku kelebihanku seolah tak menuai dengan apa yang ku harapkan. otakku selalu berkontraksi menuntut nutrisi yang lebih untuk dikelolah semua itu jelas-jelas mengangguku. karena aku tak bisa dan tak sanggup mengarahkan pola pikirku spesifik pada materi pembelajaran kampus. sesuatu yang seharusnya menjadi bagian utamaku. karena itu adalah tongkat keberhasilanku. dan itu adalah kebahagian kedua orang tuaku.