Lihat ke Halaman Asli

Tedy Aprilianto

Individu merdeka permbelajar filsafat untuk memberi gambaran opini generasi muda

Tragedi Kanjuruhan: Malang Kamu Tak Pernah Sendiri

Diperbarui: 4 Oktober 2022   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto pasca tragedi kanjurhan/Sumber foto : analisaaceh.com

1 Oktober 2022, menjadi sebuah tanggal yang mengisahkan sebuah kisah suram dan pilu bagi dunia persepakbolaan di seluruh dunia. Kisah tersebut bahkan bisa kita sebut sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. 

Melalui tragedi tersebut dapat dipetik sebuah pembelajaran bersama sekaligus menjadi tamparan telak bagi pemerintah terkhususnya operator penyelenggara kompetisi. 

Selain itu dalam tragedi tersebut juga ditemukan beberapa tindakan-tindakan  pelanggaran hukum. Bahkan, karena kelalaian pada segi hukum tersebut terdapat 488 orang yang terdiri dari 302 orang luka ringan,21 luka berat, dan 125 orang meninggal dunia.

Hari berbela sungkawa pun diumumkan oleh FIFA di seluruh dunia demi menghormati para korban yang berguguran. Tragedi tersebut terjadi di Stadion Kanjuruhan,Kabupaten Malang. Sehingga tragedi ini disebut dengan Tragedi Kanjuruhan. 

Dalam hitungan 24 jam secara tidak langsung Tragedi Kanjuruhan tersebut tercatat menjadi sebuah tragedi kemanusiaan terbesar kedua di dalam dunia persepakbolaan. Lantas siapakah yang layak disalahkan disini ?

Kronologis Tragedi Kanjuruhan ini bermula Ketika tim sepakbola  Arema Fc vs Persebaya bertanding di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Semula pertandingan ini berjalan seperti selayaknya pertandingan sepak bola pada umumnya. 

Namun, hal ini mulai berbeda Ketika peluit panjang pertandingan tiupkan oleh wasit yang memimpin jalanya pertandingan. Pada saat itu pertandingan berakhir dengan score 3-2 dengan kemenangan untuk Persebaya Surabaya. Selepas itu pemain dari persebaya langsung berlari menuju ruang ganti dan di lapangan menyisakan pemain dan juga official dari arema saja.

Bertepatan dengan itu ada beberapa suporter Arema yang turun kelapangan dan memeluk beberapa pemain Arema yang sedih atas kekalahan tersebut. 

Menurut, beberapa kesaksian dari Aremania dan official yang ada di lapangan, pada saat itu Aremania yang turun tidak sama sekali melakukan tindakan anarkis. Mereka hanya melakukan protes dengan cara mendekati dan menyemangati pemain Arema fc. Tapi niat baik tersebut seakan-akan tertutupi oleh banyak hal.

Pertama, aksi yang dilakukan oleh Aremania tersebut justru direspon dengan tembakan gas air mata. Sontak hal itulah yang memicu kepanikan aremania yang berhamburan dan mencoba untuk melarikan diri. Saat kejadian tersebut banyak juga suporter arema yang mencoba lari dari gas air mata dan dia dihadang lalu dipukuli oleh aparat TNI dan Kepolisian RI. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline