Lihat ke Halaman Asli

Khoirunisa

Sarjana Terapan Administrasi Negara, Universitas Negeri Surabaya

"KLITIH" Sebagai Kejahatan Jalanan oleh Remaja di Yogyakarta

Diperbarui: 26 Mei 2022   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yogyakarta sangat dikenal sebagai kota pelajar. Terdapat banyaknya anak di Yogyakarta dari berbagai latar belakang daerah yang berbeda seperti perbedaan ras, suku, bahasa dan agama. Inilah bukti bahwa Yogyakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di kota ini. 

Kota Yogyakarta terkenal dengan kualitas pendidikannya yang baik, banyak jenis sekolah yang ditawarkan dari sekolah negeri maupun swasta bahkan banyak pesantren-pesantren untuk belajar agama secara mendalam. 

Meskipun dengan berbagai sistem yang berbeda-beda, adanya hal tersebut kota ini sangat lah diapresiasi dengan berbagai sistem pendidikannya. Namun, bukan berarti kota ini aman dari permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Sebagai kota pelajar, Yogyakarta sendiri tidak dapat terhindar dari fenomena tawuran pelajar antar Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan maraknya tawuran yang terjadi di Yogyakarta, akhirnya pemerintah kota Yogyakarta mengantisipasi tawuran pelajar tersebut dengan mengganti seluruh bet nama masing-masing Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan bet yang lebih umum bertuliskan "Pelajar Kota Yogyakarta" berlaku bagi semua Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta. 

Kebijakan yang dilakukan pemerintah ini supaya tidak ada tawuran yang terjadi antar Sekolah Menengah Atas (SMA) karena hal tersebut akan menimbulkan kemusuhan atau perselisihan yang terjadi di antara sekolah-sekolah di Yogyakarta sehingga dapat menimbulkan dendam. 

Tetapi, antisipasi tersebut belum cukup efektif untuk mengurangi tingkat tawuran pelajar di kota pelajar ini. Tawuran yang sering terjadi juga pernah merenggut nyawa beberapa pelajar di Yogyakarta (Maria, 2019).

Salah satu dari permasalahan yang meresahkan masyarakat bahkan orang tua di Yogyakarta selain tawuran pelajar tersebut adalah fenomena klitih yang diikuti dengan sebuah kejahatan yang dilakukan oleh kalangan remaja dengan rata-rata usia pelajar. Klitih merupakan sebuah aktivitas keluar rumah di malam hari tanpa tujuan atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan keluyuran. 

Klitih ini bertujuan untuk melukai korbannya sampai menghilangkan nyawa seseorang dengan benda tajam yang mereka miliki seperti pisau dan samurai. 

Korbannya tersebut tidak bisa diketahui apakah pelaku memilih korban hanya wanita, lelaki, bahkan orang yang sudah tua, karena mereka memilih korban dengan cara random. 

Hal tersebut menjadikan kota pelajar tersebut sedikit ternodai dengan fenomena klitih yang diikuti dengan sebuah kejahatan yang justru tidak mencerminkan sebagai kota pelajar.

Kasus fenomena klitih yang sangat meresahkan masyarakat sudah sangat banyak terjadi di Kota Yogyakarta. Seperti yang termuat di dalam berita Kompasiana.com pada tanggal 05 Mei 2022 mengenai Fenomena Klitih Yogyakarta yang menewaskan anak anggota DPRD. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline