PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah topik penting dalam organisasi, melibatkan interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi. Pemimpin seperti Ignasius Jonan menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang efektif dapat mengubah perusahaan secara signifikan. Pemimpin adalah motor penggerak yang menentukan laju perusahaan (Robbins 2006).
Sebelum Ignasius Jonan memimpin, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) berada dalam kondisi kurang tertata. Gerbong kereta rusak dan kotor, kursi penumpang tidak layak, gerbong sesak, penumpang duduk di atas gerbong, pedagang bebas masuk, dan banyak pencopet serta pengemis. Situasi ini menggambarkan masalah internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan.
Pada 2009, Ignasius Jonan diangkat sebagai Direktur Utama PT KAI. Di bawah kepemimpinannya, Jonan menerapkan disiplin ketat dan aturan yang tegas. Dia juga menginspirasi dan memotivasi karyawan melalui visi yang jelas dan pendekatan personal.
Transformasi PT KAI di bawah Jonan sangat signifikan. Fasilitas di dalam kereta dan stasiun diperbaiki, serta sistem pelayanan pelanggan ditingkatkan. Jonan juga berhasil melaksanakan proyek jalur rel ganda di utara Pulau Jawa, meningkatkan angkutan barang dan penumpang, serta memperbaiki kualitas kereta lokal. Transformasi internal mencakup perubahan mental dan semangat pelayanan karyawan, mengalihkan fokus dari orientasi produk ke orientasi pelanggan. Sistem "urut kacang" dihapuskan, kenaikan jabatan berdasarkan kompetensi, bukan masa pengabdian, dan sistem remunerasi baru diterapkan. Selain itu, Jonan melakukan reformasi dalam manajemen sumber daya manusia dengan rekruitmen yang lebih transparan dan seleksi ketat. Budaya perusahaan direformasi dengan lima nilai utama: integritas, profesionalisme, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima.
Saat ini, PT KAI telah menjadi perusahaan transportasi terkemuka dengan operasional yang efisien dan tim yang termotivasi. Peningkatan kinerja PT KAI juga membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya, berkontribusi pada penurunan kemacetan lalu lintas. Transformasi yang dilakukan Jonan menunjukkan bahwa kepemimpinan yang kuat dan visioner dapat membawa perubahan positif dan berkelanjutan dalam organisasi.
PEMBAHASAN
Sebelum Ignasius Jonan memimpin, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) menghadapi berbagai masalah serius seperti kualitas sarana prasarana yang buruk, disiplin dan pelayanan pegawai rendah, remunerasi yang tidak memadai, kurangnya prinsip tata kelola perusahaan yang baik, dan tidak adanya pemimpin dengan visi yang jelas. Akibatnya, perusahaan mengalami kerugian sebesar sekitar Rp 83 miliar pada 2008.
Pengangkatan Jonan sebagai Direktur Utama pada 2009 menandai era transformasi bagi PT KAI. Jonan membawa pendekatan baru yang berfokus pada pembenahan internal, peningkatan kualitas SDM, dan peningkatan pelayanan kepada pelanggan. Dia mengubah orientasi perusahaan dari product-oriented menjadi customer-oriented dan menerapkan sistem remunerasi baru yang lebih adil, memberikan penghargaan lebih kepada karyawan operasional dibandingkan karyawan back office. Transparansi dalam rekrutmen juga ditingkatkan dengan sistem seleksi berbasis kompetensi.
Perbaikan pelayanan pelanggan menjadi prioritas, dengan kebijakan seperti larangan merokok di gerbong, sistem boarding yang tertib, pembatasan jumlah penumpang sesuai kapasitas, dan program one seat one passenger. Fasilitas stasiun dan gerbong diperbaiki secara intensif, dan aset-aset PT KAI yang sebelumnya dikuasai pihak tidak bertanggung jawab ditata kembali. Transformasi ini menghasilkan budaya kerja baru yang menumbuhkan komitmen, disiplin, dan kinerja karyawan. Karyawan menjadi lebih termotivasi, antusias, dan percaya diri, yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan dan pendapatan perusahaan. Hingga akhir masa jabatan Jonan pada 2014, PT KAI mencatat pertumbuhan pendapatan yang positif, mengubah perusahaan menjadi transportasi publik yang sehat, profesional, dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.