Lihat ke Halaman Asli

I KadekSomariana

Universitas Warmadewa

Pengelolaan Lahan Kering di Bali dengan Pengembangan Tanaman Porang

Diperbarui: 4 Mei 2023   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Desa Bongkasa,Bali- sebelumnnya sudah pasti kita tidak asing dengan tanaman porang ? dan jika sudah mari kita bahas lebih jauh manfaat tanaman porang untuk pertanian berkelanjutan dan bisa di budidayakan pada lahan kering. 

            Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan pesatnya peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan pertanian semakin meningkat pula. Namun demikian persoalan yang dihadapi adalah makin sulitnya mendapatkan lahan lahan subur dan produktif, sementara lahan sawah yang menjadi tulang punggung pertanian tanaman pangan saat ini menghadapi tantangan semakin besar seperti alih fungsi lahan di Bali sukar dibendung dan saat ini lahan lahan sawah banyak yang kekurang air.  Oleh karena itu paradigm lahan sawah sebagai tulang punggung pertanian yaitu sebagai pemasok utama produksi pangan nasional harus ditinggalkan. Saat ini dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dengan makin meningkatnya persaingan global, maka tidak dapat dibantah lagi bahwa kebijakan pertanian di Bali khususnya harus berpaling ke lahan lahan kering termasuk lahan kering marginal(kritis). Lahan lahan tersebut mempunyai luasan cukup besar yang nampaknya mempunyai potensi dan peluang cukup tinggi untuk dimanfaatkan.

Luas lahan kritis di Bali yang berada di luar maupun di dalam kawasan hutan mencapai 305.035 Ha. Dimasa depan pertanian lahan kering diharapkan bukan hanya dapat mendukung program ketahanan pangan, tetapi juga dapat menjadi motor perekonomian daerah dan nasional yang Tangguh.  Pengembangan lahan kering di Bali nampaknya di masa depan mempunyai peluang lebih besar dibandingkan lahan sawah karena : (1) Dapat dikembangkan sebagai komoditi andalan, (2) mendukung program ketahanan pangan, (3) memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional, (4) mengentaskan kemiskinan dan membuka lapangan kerja di Pedesaan.

Walaupun sebenarnya potensi lahan kering cukup besar, akan tetapi lahan kering mempunyai agroekosistem yang secara in herent lebih rapuh, lebih tertinggal dan kurang berkembang serta kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah dibandingkan dengan agroekosistem lahan sawah.  Lahan kering agar dapat diberdayakan bagi pembangunan pertanian berkelanjutan maka diperlukan pengelolaan lahan berkelanjutan yang sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya. Artinya bukan hanya mampu meningkatkan kualitas ataupun produktivitas lahan maupun mutu sumberdaya lingkungan, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pengelolaan lahan kering berkelanjutan  adalah sistem pertanian yang mengandalkan managemen sumberdaya lahan untuk memenuhi kelangsungan hidup manusia tanpa banyak menurunkan mutu dari sumberdaya lahan lingkungannya tersebut. Artinya sistem pertanian berkelanjutan mampu menghasilkan produksi dan pendapatan petani saat ini. Sementara itu mutu sumberdaya lahan yang digunakan untuk berproduksi tersebut tetap lestari untuk diberdayakan oleh generasi berikutnya. Selain itu sistem pertanian berkelanjutan juga harus layak secara lingkungan, teknis, ekonomis, dan sosial.

Managemen lahan kering secara benar dan berkelanjutan saat ini sangat diperlukan dan mendesak untuk diterapkan di Bali, mengingat telah banyak terjadi degradasi lahan. Managemen lahan agar dapat dilakukan secara baik, maka diperlukan suatu teknologi managemen lahan yang tepat guna dan tepat sasaran (spesifik lokasi) sesuai dengan keragaan (kualitas/karakteristik) sumberdaya lahan yang bersangkutan..  Memperoleh teknologi yang tepat sasaran diperlukan pendekatan interdisiplin untuk mengidentifikasi prioritas pengembangan dan uji coba teknologi yang mampu menjawab permasalahan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan secara komprehensif. Perlu adanya kajian yang mendalam dari Perguruan Tinggi untuk menemukan teknologi yang tepat guna dalam meningkatkan produktivitas lahan kering, pendapatan petani, pelestarian lingkungan dan diterima oleh masyarakat. Penelitian/pengembangan teknologi pengelolaan sumberdaya lahan harus dapat menjawab keinginan dan permasalahan petani, oleh karena itu dalam kegiatannya harus diawali dengan pemilihan komoditas yang mempunyai prospek pasar yang menjanjikan dan komoditas tersebut memang benar-benar cocok untuk kawasan tertentu.

            Maka dari itu khususnya di Desa Bongkasa Pertanian yang sedang menjadi primadona dan menjadi peluang usaha, dan tidak kalah penting mendukung program konservasi lahan hutan, yaitu umbi porang (Amarphopallus ancophillus) di Kabupaten Badung.  Pada era pandemic 2020 lalu pemerintah Desa Bongkasa mengajak dan menggerakan masyarakat untuk menaman Umbi Porang di lahan kering di seputara desa yang sudah lama tidak terpakai karena factor kesulitan akses dan kesulitan air membuat banyak pertimbangan untuk mengolah lahan kering tersebut, namun pada kesempatan kali ini saat pandemic covid 19 hampir semua lahan kering dapat dimanfaatkan dengan baik mengapa umbi porang dapat dikatakan sebagai pertanian berkelanjutan ? karena umbi porang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dikembangkan, kemudian umbi porang dapat dimanfaatkan sebagai tepung yang menjadi sumber pangan, dan dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan jelly

            Maka dari itu khususnya di desa saya pengelolaan lahan kering sudah di manfaatkan dengan baik dan saya harapka pemerintah juga dapat mengajak dan menggerakan masyarakat lainnya untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan kering yang ada

Penulis 

Putu Ayu Febrianti

Mahasiswa Fakultas Pertanian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline