Lihat ke Halaman Asli

Memulihkan Kesaktian Pancasila

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13399095762009296847

[caption id="attachment_183048" align="alignleft" width="340" caption="Source :http://habibijonsonmanonggor.blogspot.com/2012_02_12_archive.html"][/caption]

Pancasila menempati posisi yang sangat strategis di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang plural dan multikultural. Kesaktiannya benar-benar teruji teristimewa saat berhadapan dengan ideology dari luar seperti : Sosialisme-komunisme, kapitalisme-materialisme, Islamisme-fundamentalisme dan sebagainya. (Prof. Dr. Nur Syam, M.Si, 2011).

Tidak bisa dipungkiri selama lebih dari setengah abad, sejak diperkenalkanpertama kali tanggal 1 juni 1945 oleh Ir. Soekarno, Pancasila seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan historis bangsa ini. Kehadirannya bagaikan lem perekat yang mampu mempersatukan lebih dari 200 suku yang ada di Indonesia dengan beragam perbedaanseperti : Adat, budaya, spiritual maupunsosio kultural.

Selain daripada itu berdasarkanliterature-literatur yang ada kita tahu bagaimana saktinya Pancasila dalam menangkal upaya-upaya jahat yang berusaha merongrong keberadaannya baik dari dalam maupun luar negara. Contoh paling anyar adalah pemberontakan G-30S PKI. Meski menyisakan sederet misteri yang belum terurai sampai sekarang, namun sejarah mencatat peristiwa tersebut sebagaicatatan hitam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita sekaligus menjadi momentum lahirnya hari kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober setiap tahunnya.

Begitupula sebagai falsafah dan dasar negara, Pancasila tak ubahnya “maha guru” yang menjadisumber inspirasi bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pluralisme maupuntoleransidalam perspektif budaya ketimuran. Nilai luhur yang terkandung dalam ideology ini seakan tak pernah kering untuk digali karena sumbernya memang mengakar pada budaya yang melekat sebagai warisan dari nenek moyang kita.

Oleh karena itulah warisan berharga ini semestinya harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Tidak ditinggalkan apalagi dicampakkan begitu saja karena bisa berdamfak pada rapuhnya rasa persatuanyang pada gilirannya akan berujung pada ancaman disintegrasi bangsa.

Sayangnya kalau hari ini kita melihat berbagai aksi yang memiriskan seperti : Terorisme, radikalisme, anarkisme dan berbagai bentuk kekerasan lainnya silih berganti mengoyak-ngoyak rasa kebersamaan kita, boleh jadi satu dari penyebabnya adalah semakinjauhnya kita dari nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain semangat Pancasila sudah mengalami proses degradasisampai nyaris mencapai titik nadir. Identitas bangsa yang selama ini dikenal ramah, santun dan beradab telah bermetamorfosis menjadi monster jahat yang mengedepankan subyektifitaspribadi daripada kemashlahatan masyarakat luas.

Sebagai bukti tengoklah para penyelenggara negara ini. Atas dasar ambisi, kerakusan dan kekuasaan, hampir semua mereka tertularpenyakit kronisKolusi, Korupsi dan Nepotisme. Sementara di sisi lainkebanggaan terhadapkelompok, sukuataugolongan tumbuh suburdi berbagai etnis. Akibatnya rakyat menjadi terkotak-kotak. Kelompok satu merasa lebih baik dan mulia dibanding kelompok lainnya, demikian pula sebaliknya. Sehingga tidak mengherankan ketika kemudian terjadi benturan kepentingan letupannya bisa meledak dengan dahsyat. Tidak hanya kerugian materiil yang diderita bahkan nyawapundengan mudahnya melayang percuma.

Pancasila yang semestinya dijadikan pedoman berbangsa dan bernegara mengalami nasib serupa seperti di era-era sebelumnya. Terkooptasi oleh kepentingan penguasa. Menjadi tak berdayakarena diperlakukanhanya sebagai penghias etalase bangsa. Dengan kata lain wujud Pancasilahanya adaditataran wacana sementaraaplikasinya jauh panggang dari api.

Inilah yang membuat masyarakat pada akhirnya menjadi jenuh dan muak karena merasa tidakdipedulikan oleh pemimpinnya. Keputus-asaan tersebut pada gilirannya membawa mereka mencari jalannya sendiri-sendiri. Damfaknya seperti yang kita rasakan sekarang. Hilangnya sikap saling menghargai, menipisnya rasa kesetia-kawanan, saling curiga-mencurigai antar kelompok, merasa paling benar sendiri, dan berbagai perilaku negatif lainnya.

Kondisi karut-marut ini tentu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Upaya-upaya rehabilitasi harus dilakukan sesegera dan sekeras mungkin. Mengangkat dan menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila ke tempat dan proporsiyang sebenarnya tentu merupakanterobosan yang dipandang tepat dan berdaya guna.

Dari itu tidak ada salahnya jika kita mengadopsikembali kebijakan yang pernah ditempuh pemerintahan terdahulu dalam mengoptimalkan pengamalan pancasila, seperti penataran P-4 kepada masyarakat dan dunia pendidikan. Sebab menurutProf. Dr. Nur Syam, M.Si, seringkali kelemahan bangsa ini terutama terkait dengan kepemimpinan adalah perubahan kepemimpinan di Indonesia dimana pemimpin baru selalu “menghabisi” seluruh hal yang dikerjakan dan diimpikan oleh pemimpin sebelumnya. Padahal kebijakan tersebut tidak semuanya buruk. Ada sisi positif yang bisa diteladani dan diteruskan pelaksanaannya.

Meskipuntidak bisa dinafikan, dalam pelaksanaannya kelakharus tetap mengedepankan sikap objektifitas dan netralitas. Karena bila diabaikan, kita pasti akan terjerembab mengulang kesalahan fatal seperti yang dilakukanorde terdahulu. Memasung pancasila, mengkultuskannyabagaikan “dewa” sekaligus membunuh ruangbagiperbedaan pendapat. Itu tentu tidak boleh terjadi di era reformasi sekarang ini.

Akhirnyaandai saja segenap komponen bangsa di negara inimenyadari bahwakita masih memiliki sebuahpusaka sakti yang bernama Pancasila sebagai representasi yang mengakomodir segala kemajemukan danhidup membaur di tengah-tengah masyarakat serta mau mengaplikasikan nilai luhurnya dalam kehidupan sehari-hari,tidak bisa tidak impian untuk Indonesia yang besar, maju, dan berkeadilan ke depan pasti akan tercapai. Sebaliknya, pengingkaran terhadap realita ini hanya akan membawa kita ke jurang perpecahan, kehancuran dan kesengsaraan.

Itulah esensi hakiki dari kesaktian Pancasila yang harus segera dipulihkan. (**)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline