Orang-orang tua zaman dahulu sering menasehati anak-anaknyadengan pepatah Mulutmu adalah harimau mu. Maknanya agar si anak pandai-pandai menjaga lisan, tutur kata maupun tingkah laku dalam keidupan bermasyarakat. Karena lisan yang tak terjaga atauperilaku yangselalu menyakitkan orang lainpasti akan berakibat buruk pada diri si pelaku.
Setidaknya itulah yang menimpaseorang pria muda bernama Muhammad Ali Akbar Nasution daridesa Pematang Seleng, Kecamatan Bilahhulu, Kabupaten Labuhanbatu pada ( 12/4) yang lalu. Akibat sikap arogansi yang berlebihan, akhirnya dia harus meregang nyawa dikeroyok orang sekampung sampai tewas mengenaskan. Dari visumdokter diketahui Muhammad Ali Akbar meninggal dunia dikarenakan pendarahan pada otak akibat benturan benda keras.
Peristiwaitu sendiri berawal dari kepribadian Ali Akbar yangterkenal arogan di desa tersebut. Lahir dari keluarga yang berkecukupan dan menerima limpahan harta warisan yang melimpah membuat pria bermarga Nasution ini merasa besar kepala, jagoan dan cenderung menyepelekan orang lain. Seringkali sikap arogansi tersebut ditunjukkan Akbar dengan menghidupkan tape mobilnya dengan keras tak peduli tetangganya terganggu atau tidak. Berbagai nasehat dari tetua kampung sampai sanksi social berupa pengucilan ternyata sedikitpun tidak mampu mengubah perilaku arogannya.
Sampai akhirnya satu sore, dengan mengendari mobil pick up miliknya, Akbar melintas di depan sekelompok anak yang sedang asyik bermain bola.,Setahu bagaimana sekelebat dia mendengar candaan salah seorang dari anak tersebut dengan ucapan yang kurang etis. Menyangka candaan tersebut ditujukan ke dirinya, pria yang sudah memiliki dua putra itu segera turun dari mobilnya dan mendamprat anak-anak tersebut. Kurang puas sekedar mendamprat, Akbar lalu bergegas pulang ke rumahnya mengambil pisau dan alat setrum kemudian kembali menjumpai anak-anak tersebut. Melihat kedatangan ‘sang jagoan” untuk ke dua kali dengan membawa senjata tajam anak-anak tersebut sontak ketakutan dan lari berhamburan ke rumah masing-masing mengadukan peristiwa tersebut kepada orang tua mereka. Awalnya karena tak ingin memperuncing permasalahan orang tua anak-anak tersebut hanya memilih diam dan menganggap persoalan tersebut selesai sampai disitu saja.
Malangnya sikap mengalah itu dimaknai lain oleh Ali Akbar. Dia menganggap diamnya orang-tua tersebut sebagai konspirasi terselubung untuk menghabisi dirinya. Dengan “garang” Akbar segera memacu mobilnya dengan kecepatan penuh sembarimenantang mereka untuk berduel. Lantara terbakar emosi mobil pick up bernopol BK 8169 YX yang dikemudikannya kehilangan kendali dan menabrak seorang anak kecil hingga kritis.
Melihat kenyataan tersebut, warga desa akhirnya hilang kesabaran.Tanpa dikomando mereka serentak berkumpul dan mencari Akbar berbekal potongan kayu Rambung yang tergenggam di tangan masing-masing. Begitu bertemu, Akbar segera mereka gebuki beramai-ramai. Tak ayal, hantaman kayu yang bertubi-tubi menghantam kepalanya membuat Akbar akhirnya tersungkur jatuh ke tanahdengan darah mengucur derasdari mulut, hidung dan telinganya. Berselang seperempat jam setelah dievakuasi ke Rumah Sakit terdekat, pria arogan itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Kepolisian yangturun ke TKP segerabekerja cepat.Dari keterangan salah seorang reserse yang menangani perkara tersebut, diperoleh keterangan kasus tersebut sudah diambil alih Kepolisian resort Labuhanbatu dan sampai saat ini 16 orang sudah ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan melakukan penganyiayaansampai menghilangkang nyawa orang lain dengan ancaman hukuman penjara di atas lima tahun.
Peristiwa yang sempat menggegerkan masyarakat di kecamatan Bilahhulu itu memang sudahhampir sebulan berlalu. Akan tetapi perbincangan seputar kejadian tersebut masih sering menjadi buah bibir masyarakat. Ada yang menyesalkan kebrutalan warga tapi tak kurang pulayang merasa bersyukur karena preman kampung yang selama ini dianggap meresahkan mereka sudah lenyap untuk selama-lamanya.
Terlepas dari itu ,harus diakui semangat kebersamaan ditengah-tengah masyarakat kita dari waktu ke waktu sudah semakin tergerus habis. Yang kaya memperbudak si miskin.Yang kuat menindas yang lemah. Padahal akar budaya kita sejatinyakaya dengan filosofi kehidupan yang saratnilai etika, moral yang luhur dan sikap toleransi yang tinggi. Sayangnya kearifan lokal tersebut sekarang sudah menjadi barang antik yang dikurung di etalase mewah yang berbalut slogan-slogan indah menawan.
Semoga apa yang menimpa Muhammad Ali Akbar nasution sebagaimana yang saya tulis di atas tidak pernah terjadi lagi di belahan daerah manapun dari bumi Indonesia ini. ( ***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H