Ku hibur dia di waktu itu, sejenak alisnya menatap ku keheranan atas tingkahku yang terkadang seperti tidak terkendalikan di depannya. Aku kikuk karena "gula" di wajahnya yang membuatku selalu samar-samar mengingatnya.
Kehadirannya seperti hal yang berbeda dalam keseharian ku, bertemu ataupun tidak, dia tetap hidup dalam bayangan dan angan-angan yang selalu mengiringi langkahku. Ah, ini terlalu abstrak untuk diceritakan.
"Dia terlalu manis" ucapku beberapa waktu yang lalu. Apakah sekarang dan nanti juga akan begitu? Tentu saja. Seni yang tak dapat dielakkan oleh setiap manusia.
Sedang apa dia sekarang? Ah, aku lupa kalau dia tidak sesering itu aku hubungi. Ini baru permulaan. Harapan ku akan terus berjalan seiring doa yang aku kirimkan untuknya.
Abstrak sekali yah? Memang begitulah adanya. Dia lewat di bola mataku, dia terlintas di pikiranku, suaranya samar-samar terdengar di telingaku. Hahaha.... terlalu abstrak untuk diceritakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H