Lihat ke Halaman Asli

Mahesha_17

Universitas Pendidikan Indonesia

Pendekatan Konvensional Apakah Sudah Kuno?

Diperbarui: 22 Desember 2024   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     Daun yang gugur akan digantikan dengan daun yang baru, begitu juga dengan pendekatan dalam pembelajaran, yang dulunya gencar sekali pendekatan konvensional diterapkan dalam pendidikan, kini layu diterpa perkembangan zaman, Kenapa itu terjadi?

     Dunia semakin berkembang, radio yang digantikan televisi, surat yang digantikan WhatsApp, menunjukkan perkembangan zaman. Dunia pendidikan pun selalu berkembang, keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Collaboration, and Communication), HOTS, dan P5 tidak mampu dijawab jika hanya berharap pada pendekatan konvensional, sehingga pendekatan konvensional digantikan dengan pendekatan yang lebih aktif dan interaktif seperti pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi. Namun daun yang sudah gugur dapat dimanfaatkan menjadi pupuk bukan?

     Pendekatan konvensional merupakan pendekatan tradisional yang dimana guru sebagai pemeran utama yang memberikan penjelasan melalui ceramah di depan kelas. Pendekatan ini tidak lagi cocok digunakan saat ini.

     Pendekatan ini cenderung bersifat pasif. Guru hanya ceramah di depan kelas sementara siswanya hanya duduk mendengarkan, mungkin raga para siswa masih berada di kelas tapi pikirannya kemana-mana. Pasifnya pendekatan ini  mengakibatkan kurangnya interaksi antara siswa dengan guru. Siswa pun kurang terlibat aktif selama pembelajaran, yang nantinya akan mempengaruhi motivasinya belajarnya dan prestasi akademiknya. Selain itu juga, anak-anak memiliki rentang fokus yang terbilang singkat, sekitar 2-5 kali usianya. Berikut adalah rentang fokus anak usia 6-12 tahun menurut Lingo Bus:

*6 tahun: 12 -- 30 menit

*7 tahun: 14 -- 35 menit

*8 tahun: 16 -- 40 menit

*9 tahun: 18 -- 40 menit

*10-12 tahun: 20 -- 45 menit

artinya jika selama belajar di kelas hanya diisi dengan ceramah maka siswa akan mudah bosan dan jenuh.

     Pendekatan ini juga mengabaikan keberagaman setiap siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan dalam gaya belajar, ada yang auditori, visual, atau kinestetik. Setiap siswa juga memiliki kebutuhan belajar masing-masing, mungkin ada yang merasa ketinggalan materi, seharusnya guru tidak boleh mengabaikannya. Namun, karena dalam pendekatan ini semua siswa dianggap sama, paham tidak paham tetap terobos.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline