Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Menyoal Rasa Kecewa dan Perut Panjang Sejengkal

Diperbarui: 19 Juli 2024   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikmati rasa kecewa (Gambar: shutterstock)

/1/

Ketika kita berdiri di "kaki perih", ketika kita tegak di "padang luka", ketika kita berjalan di "ladang duka", kita disergap rasa kecewa dan hati kita seakan-akan lebih memilih mati daripada bertahan hidup, lalu muncul rasa sakit dan tersakiti.

Kita berusaha tegar, meskipun ditegar-tegarkan. Kita berusaha sabar, benar-benar berusaha sabar, walaupun terkadang disabar-sabarkan. Kita merintih lemah dan bergumam, "Aku kuat, Tuhan, sekalipun dikuat-kuatkan."

Seperti itulah suasana hati kita tatkala kita dirundung rasa kecewa. Kekecewaan itu mengguncang dada. Tungkai dan lutut kita lemas, jantung berdebar tak beraturan, keringat dingin mengucur di dahi dan tengkuk. Jika sudah begitu, makan apa pun berasa hambar. Duduk tidak nyaman, tidur tidak lelap.

Kita merasa kecewa berat karena maksud hati tidak kesampaian. Hendak meraup laba, malah merugi habis-habisan. Hendak menggapai langit, malah terpuruk ke dalam lubang. Begitulah, kecewa hati karena maksud tidak kesampaian.

Rasa kecewa agak mirip dengan penyesalan. Datangnya selalu belakangan. Tidak pernah duluan. Sasaran perasaan pun begitu. Jika kita merasakan kekecewaan atau penyesalan, orang lain yang kita sangka menyebabkan kekecewaan. Perasaan kita tidak memastikan apa mestinya kita ubah, malahan menunjukkan apa yang harus orang lain ubah.

Padahal kita semua tahu, orang lain tidak punya kewajiban untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita inginkan. Orang lain punya keinginan sendiri, punya maksud sendiri, punya cara sendiri-sendiri.

Satu contoh, rasa cinta. Kita paham, cinta adalah perasaan yang indah. Sayang sekali, perjalanan cinta sering tidak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Apalagi kalau cinta kita bertepuk sebelah tangan. Kecewa sekali. Pasti sulit kita terima, tetapi begitulah kenyataan yang mesti kita hadapi.

Kita bisa saja menimpakan kesalahan kepada orang yang menolak cinta kita, tetapi hal itu tidak akan membuat dia berbalik mencintai kita. Kadang kita begitu peduli kepadanya, sedangkan dia sama sekali tidak memedulikan kehadiran kita. Itu bukan salah dia. Sebab, kita tidak bisa mengatur-atur siapa saja yang mau, boleh, atau harus dia pedulikan.

Kita gagal diterima di perusahaan ternama, lantas menyalahkan pihak penguji yang kita tuding sengaja menggagalkan impian kita. Perasaan mengkhianati diri kita. Alih-alih menunjukkan apa yang sebaiknya kita perbaiki, kita malah berharap apa yang orang lain mesti ubah agar kita lolos tes.

Namanya juga perasaan negatif. Begitu kecewa, awalnya akan mencari kambing hitam dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline