Ada dua hal yang kerap ingin kita sembunyikan dari orang lain, tahu-tahu malah kita sendiri yang membongkarnya sehingga orang lain tahu. Dua hal itu adalah cita-cita dan rahasia. Peribahasa mengingatkan: ada beras taruh dalam padi, ada ingat taruh dalam hati. Maknanya: jika ada cita-cita atau sesuatu yang ingin diraih, tidak perlu digembar-gemborkan kepada orang sebelum dikerjakan. Begitu juga dengan rahasia.
BERAS dalam peribahasa di atas berarti 'padi yang sudah terkelupas kulitnya yang menjadi nasi setelah ditanak', sedangkan ingat adalah 'tidak lupa, berada dalam pikiran, atau timbul dalam pikiran'.
Dari mana asal mula beras? Padi. Sebelum menjadi beras, bulir-bulir padi yang ditempati beras disebut gabah. Nah, gabah itulah yang masuk ke penggilingan. Keluar-keluar menjadi beras. Cangkang yang semula ditempati beras dan terlepas saat digiling dinamakan sekam.
Tidak mudah membuat beras keluar dari gabah. Dahulu, nenek-nenek kita mesti berlama-lama menumbuk gabah di lesung. Saking lamanya, sampai-sampai mereka menata komposisi musik dari suara tumbukan alu.
Kalau di Makassar, namanya paddekko. Ketika gerhana bulan atau matahari, kami kerap disuguhi komposisi musik paddekko. Sekarang tidak lagi. Mengeluarkan beras dari gabah sudah mudah. Ada gabah, bawa ke penggilingan. Kelar masalah.
Karena mendapatkan beras tidak mudah, apalagi jika disisir mulai dari menandur padi, jadilah 'menyimpan atau menjaga rahasia' diamsalkan dengan menaruh atau menyimpan beras di dalam padi. Ada rahasia terburuk, simpan di dalam hati.
Rahasia mesti diperlakukan seperti beras, simpan di dalam padi. Kalau dikeluarkan akan menjadi nasi. Iya kalau menjadi nasi, bagaimana kalau menjadi bubur?
Bukan hanya rahasia, apa yang ingin dilakukan pun demikian. Mau beli jajanan, simpan dalam hati. Kalau kita mengoceh, teman-teman bisa meminta titip beli yang, lucunya, kadang diikuti "nanti uangmu gue ganti". Padahal, lupa.
Sekali lagi, jika punya rahasia atau ada yang ingin kita lakukan, simpan-simpan sajalah rapat-rapat di dalam hati. Seperti beras, taruh di dalam padi.
Begini saja. Kalau ingin melakukan sesuatu, lakukan sajalah. Tidak usah gembar-gembor saban hari. Nanti malu sendiri. Saya merasakannya. Sudah koar-koar mau menganggit novel tentang tradisi Makassar, sampai sekarang belum jadi-jadi.
Malunya ada, kecewa ada juga.