Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti [2]

Diperbarui: 21 April 2024   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika dia pergi, biarkan saja, mungkin dia ingin tahu rasanya kembaali (Gambar: iStock/Kaipong)

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Ya, begitu kata peribahasa. Apa maknanya? Sederhana. Kalau yang tua berhenti, yang muda menggantikannya; kalau yang satu pergi, yang lain menggantikannya.

ARTI yang patah dalam peribahasa ini adalah 'ada sesuatu yang terhenti atau tidak dapat berlanjut lagi'. Adapun makna yang hilang berarti 'ada sesuatu tidak ada atau tidak terasa lagi, seperti marah, cinta, rindu, dan sebagainya'.

Tiap-tiap yang patah, menyitir peribahasa ini, akan tumbuh, sedangkan semua hal yang hilang akan berganti. Hal itu menunjukkan hidup yang berkelanjutan. Daun tua digantikan oleh daun muda. Kaum tua digantikan oleh kaum muda. Orang yang pergi digantikan oleh orang yang datang.

Ketika seorang pekerja atau pegawai memasuki usia senja, lalu mesti pensiun, dia akan berhenti dari pekerjaan. Orang yang berhenti itu akan digantikan posisinya oleh yang lain. Tidak ada ruang luang, tidak ada jabatan lowong.

Begitu makna peribahasa ini. 

Namun, peribahasa ini bisa juga diibaratkan orang yang meninggalkan kita pada waktu kita sedang sayang-sayangnya. Ketika seseorang yang dicintai pergi, biarkan saja. Jangan ditahan-tahan. Mungkin dia ingin tahu rasanya kembali. Itu pun kalau kamu masih memberinya ruang buat pulang. Jika tidak, lambaikan tangan saja.

Tidak perlu saban hari kamu lalui dengan kucuran air mata. Hidup yang singkat ini amat berharga. Hadapi kehilangan itu. Jangan mengelak, apalagi menghindar. Anggap saja itu seperti menenggak obat pahit. Awalnya saja pahit, setelahnya akan menyembuhkan. Maka, tegakkan kepalamu.

Abaikan pula rasa penasaran dalam dirimu, sampai kamu bertanya-tanya kenapa bisa begini, apa yang salah dari dirimu, abaikan semua itu. Dia pergi karena dia memang mau pergi.

Kalau kamu merasa sedih, terimalah. Kamu terima rasa sedih itu. Jika kamu pikir kamu sedang terjatuh, terimalah. Kamu terima keadaan bahwa kamu terjatuh dan, mungkin saja, terpuruk. Kamu terima dirimu dalam keadaan apa pun.

Pada akhirnya, waktu menjadi obat paling ampuh untuk meredakan puyeng akibat patah hati. Kecuali bagi laki-laki, sebab tidak ada laki-laki yang benar-benar pulih dari sakit hati gara-gara patah hati. Kecuali kepepet! [kp]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline