Meski Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pernah merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, elite parpol berlambang setangkai mawar itu tidak jera. Sekarang mereka tengah "cek ombak". Baliho Kaesang Pangarep mereka pajang di antero Depok.
Ada apa dengan anak bungsu Presiden Joko Widodo itu? Ya, beberapa bulan lalu santer tersiar kabar bahwa Kaesang ingin menceburkan diri ke danau politik praktis. Eh, hari ini kita sudah bisa melihat baliho dan spanduknya bertebaran di jalanan Kota Depok, Jawa Barat.
Dalangnya lagi-lagi PSI. Mereka pernah mengusung Ganjar Pranowo, tetapi diabaikan oleh Megaawati Soekarnoputri. Meski tidak diaku dalam waktu lama oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Giring Ganesa dan kolega santai-santai saja. Mereka merasa tidak perlu buang muka karena malu, kendati dituding sebagai garong kader parpol lain.
Sekarang PSI mengecek derasnya ombak. Giliran Kaesang Pangarep yang mereka jadikan umpan. PSI benar-benar seperti partai politik yang tidak punya program pengaderan. Sosok yang mereka jagokan lagi-lagi dari luar partai.
Namun, itu bukan soal. Banyak parpol di Indonesia yang tidak kerasan mengusung kader sendiri, kendatipun kader mereka tenar dan cukup bangkotan. Begitulah suasana politik praktis di Indonesia. Sangat pragmatis.
Kembali ke PSI. Naga-naganya, PSI tengah mabuk. Pengalaman pahit gagal melenggang ke Senayan pada Pemilu 2019 gara-garanya. Sudah berkoar-koar di lintas media, ternyata mendapat gelar "partai nol koma" dari netizen.
Jadilah PSI mabuk kepayang. Ini jenis mabuk yang unik, sebab sudah jarang orang yang memakan buah kepayang. Malahan, banyak di antara kita yang tidak tahu maujud kepayang itu seperti apa. Lagi pula, mabuk kepayang hanya agak mabuk atau mabuk sedikit. Belum teler berat sampai merangkul tiang listrik yang disangka adik sepupu yang sudah lama hilang.
Jika makna kias sebenarnya dari mabuk kepayang adalah 'tergila-gila karena cinta', PSI tampaknya tengah "tergila-gila karena kekuasaan". Sebagai parpol, jelas mereka berharap mencipta lingkar kuasa. Bukan sebagai penonton yang berisik tidak keruan di luar panggung demokrasi.
Sungguhpun laksana mabuk kepayang, PSI terlihat tidak sedang mabuk agak-agak atau mabuk kira-kira. Nah, ini masih saudara sedarah sekandung dengan mabuk kepayang. Bedanya, mabuk agak-agak tertuju kepada "orang yang panjang angan-angan, tetapi pendek aksi alias tidak berbuat apa-apa". Buktinya, PSI sudah pasang spanduk dan baliho di tempat-tempat strategis di Depok.
Masalahnya, apabila terlalu lama mengecek ombak khawatir PSI menjadi mabuk laut atau mabuk ombak. Jalan berlubang disangka laut bergelombang. Punya banyak kader tenar, tetapi mental partai bagai kerupuk tepercik air.