Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

"Sus Ngepetus": Demi Ketenaran, Babi Dikorbankan

Diperbarui: 29 April 2021   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi babi (Reuters/Ronen Zvulun)

Akibat kurang tabayun, warga Sawangan, Kota Depok, beramai-ramai merisak babi. Tuduhan dilontarkan semau hati, vonis "babi ngepet" dijatuhkan tanpa pengadilan.

Apalah hendak dikata, nasib babi begitu nahas. Sudahlah terlahir sebagai "makhluk haram", sering pula dipilih manusia sebagai bahan umpatan, sekarang dijadikan tumbal demi ketenaran dan keserakahan belaka. Sungguh mencelengkan.

Sebermula dari seseorang di Sawangan yang ingin tenar, babi terpilih sebagai umpan. Tidak usah bertanya ala fafifu atau wasweswos, babi ngepet memang gosip yang renyah dan gurih. Biar jemaah bertambah, seseorang pun merekayasa sandiwara.

Jangan tanyakan dari mana muasal babi ngepet, sejak kapan babi ngepet berkembang biak di kepala manusia, atau bagaimana kisahnya hingga babi ngepet bertahan hidup hingga sekarang. Hewan berjenis ungulata yang berhidung melebihi pinokio tidak mengenal marga babi ngepet.

Jadi, jangan tanyakan nama latin babi ngepet. Jika kalian ingin tahu nama latin babi hutan, saya agihkan saja sus scrifa. Kalau kalian ingin tahu nama latin babi piaraan, bisalah sus scrifa domesticus atau sus domestikus saya sodorkan. Bagaimana dengan babi ngepet? Dahlah, sebut saja sus ngepetus.

Alangkah membagongkan.

Bangsa babi terceleng-celeng. Mereka tidak menduga bangsa manusia bisa sepandir itu. Di tengah silir-semilir angin Revolusi Industri 4.0, di tengah gaung gong Bukit Algoritma, di tengah adu bacot wacana data raksasa alias big data, segelintir manusia rela bugil demi melihat babi ngepet. Di bawah komando Engineer Sus Ngepetus, mereka bangun gosip. Betapa fafifu!

Memang membagongkan, bukan membingungkan. 

Betapa tidak, ada saja manusia yang rela diperbabi (temannya diperkuda) oleh kebodohan. Babi ngepet percaya, virus korona emoh percaya. Tidak heran jika bangsa babi menceleng-celengkan kepala (baca: menggeleng-gelengkan kepala).

Sungguh mencelengkan. Warga bangsa babi gagal paham. Mereka tidak mengerti bagaimana bisa manusia, yang terpilih sebagai khalifah, mampu bertindak sedungu itu. Mereka tidak tahu kenapa bisa manusia gagal membabikan babi.

Bangsa babi, makhluk omnivora yang lucu dan lugu, kini mulai misuh-misuh. Mereka memang tidak mampu menyebut fafifu atau wasweswos, tetapi mereka bisa menyatakan ngok-ngok sambil mengacungkan jari tengah kaki depan kepada manusia. (kp)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline