Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Belajar dari Yuni Shara dalam Merawat Kesehatan Batin

Diperbarui: 17 April 2021   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yuni Shara memilih jalan tabah (Foto: Instagram/@yunishara36)

 

Tidak banyak perempuan yang seberani Yuni Shara: mengakui keriput, menyungguhkan usia, dan mengiakan sabar. Tatkala dirongrong oleh warganet, Yuni bertahan dalam tabah. Tidak sengak, tidak songong. Julid yang datang ia terima dengan tabah.

Tidak semua orang, terutama penghibur publik, sanggup menahan diri dari cercaan warganet. Juliditas netizen kerap kali ditanggapi dengan "kepala panas". Polisi dan meja hijau menjadi tameng. Pasal karet dalam UU ITE kontan dipilih sebagai benteng pelindung martabat.

Yuni Shara tidak. Kejulidan warganet ia tanggapi dengan ramah. Ia benar-benar mendalami lagu Mengapa Tiada Maaf yang pernah ia tenarkan. Hujatan netizen ia tanggapi sangat ramah. Yuni lebih suka memilih pola komunikasi ramah daripada baperan.

Ibu dua anak itu mengambil jalan tabah. Laksana petugas layanan pelanggan (customer service), ia jawab semua tudingan dengan tenang dan teduh. Bagai pramubakti (office boy) yang tidak pernah mengeluhkan tip yang jarang singgah di saku. 

Netizen di Twitter pun menyanjung sikap Yuni. Posisi puncak tren perbincangan sempat diduduki pelantun lagu melankolik itu. Mari kita pilih iktibar dari pola komunikasi ramah versi Yuni Shara.

Bidik layar percakapan Yuni Shara dan netizen di Instagram (Sumber: Instagram/@yunishara36)

Pertama, pakaian yang kurang kain. Seorang warganet mengecam cara berpakaian Yuni. Sang warganet menyindir Yuni yang sudah berkali-kali umrah, tetapi bajunya masih “kurang kain”. Itu serangan fisik atas penampilan Yuni.

Alih-alih memelotot, Yuni malah berterima kasih. Saya bertanggung jawab atas diri saya sendiri. Begitu timpalan Yuni. Kalem. Tidak meledak-ledak. Komentar somplak tetap ia tanggapi dengan kepala dingin. Macam hatinya lama berendam di dalam kulkas saja.

Bandingkan dengan sikap seorang komentator bolasepak ternama. Boro-boro introspeksi, sang komentator malah ingin menggiring warganet ke penjara. Alasannya itu-itu saja, pencemaran nama baik atau perbuatan tidak menyenangkan.

Yuni Shara memilih tersenyum (Foto: Instagram/@yunishara36)

Kedua, muka cantik dada kayak nenek-nenek. Sungguh komentar yang menyerang tubuh (body shaming). Apalagi jika dipadukan dengan semburan netizen lain: besok operasi plastik. Bagian itu saya sensor. Tidak layak umbar.

Alih-alih meradang, Yuni malah bangga pada usianya yang sudah tidak muda. “Saya memang sudah punya cucu, tapi lumayanlah gak jelek-jelek amat,” ujar Yuni. Bisa saja ia pilih komentar julid, seperti “situ berapa umurnya”, tetapi ia tidak begitu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline