Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Mbah Surip, TVRI, dan Sentilan Admin Media Asal Rusia

Diperbarui: 3 April 2021   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Surip dengan gaya rastafarian yang khas (Foto: Kompas/Priyo,mbodo)

Mbah Surip. Hampir seluruh rakyat Indonesia pada era 2000-an mengenal nama musisi jalanan ini. Tidak usah gaya rambut, jargon I love you full saja dihafal mati oleh penggemarnya. Mantep, to!

Tak Gendong. Itu lagu Mbah Surip yang sangat merakyat. Lagu sejuta umat. Kala Nada Sambung Pribadi (NSP) memusim, penjualan Tak Gendong mencapai Rp9 miliar. Setengah dari laba penjualan NSP itu menjadi royalti Mbah Surip.

Bagi saya, mengulik kembali proses kreatif Mbah Surip persis seperti mengiris bawang merah.  

Beliau lelaki yang sederhana, bersahaja, dan selalu tertawa. Beliau manusia hahaha. Warung Apresiasi Seni (Wapres) Bulungan tempat mangkalnya. Di sana ia kerap bertarung melawan ganasnya Jakarta.

Urip Achmad Rijanto. Begitu nama lengkap Mbah Surip. Kenapa ada "S" sebelum Urip? Kisahnya berliku. Dalam suatu kesempatan di Wapres Bulungan, awal 2009, saya sempat menanyakan perkara "S" langsung kepada beliau. Senang. Begitu jawab beliau seraya berhahaha.

Gara-gara penasaran, setengah jam kemudian saya tanya lagi.

"Susah," jawab Mbah Surip dengan enteng, riang, dan kembali berkata, "hahaha...."

Lelaki berambut gimbal itu punya "pakaian kenegaraan". Topi, baju, dan celana sewarna bendera Jamaika. Beliau lahir di Jerman. Tepatnya di Jejer Kauman. Kampung itu terletak di Magersari, Mojokerto, Jawa Timur. Putra Sukotjo dan Rasminah itu memang gigih sejak bocah.

Sejak meninggalkan kampung halaman demi merambah Jakarta, Mbah Surip mengamen dari tenda ke tenda, dari warung ke warung. Beliau lebih mudah dijumpai di kawasan Bulungan atau di Taman Ismail Marzuki (TIM).

Bahkan setelah lagu Tak Gendong merajai dunia NSP di tanah air, Mbah Surip tidak pernah berubah. Tampilan masih sama. Gaya rastafarian. Tertawa hahaha. Mentraktir musisi jalanan dan rekan-rekan seperjuangan di Bulungan. Masih begitu, masih sesederhana itu.

Beliau wafat pada 4 Agustus 2009. Stasiun televisi yang tengah sibuk meliput kabar soal sidang gugatan pilpres sontak mengalihkan kamera. Beramai-ramai meliput kematian sang legenda. 

Ia berencana menikahkan putrinya pada 16 Agustus, tetapi beliau lebih dulu berpulang ke pangkuan Ilahi. Sang putri akhirnya menikah di depan jenazah Mbah Surip.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline