Bagi sebagian murid, ulangan bukan sekadar mencari jawaban benar atau salah. Oh, tidak begitu. Ulangan dapat juga menjadi ajang guyonan, meredakan ketegangan, dan lucu-lucuan. Daripada mumet, mending tertawa.
Bayangkan saja kamu seorang siswa kelas 3 lalu bertemu soal di bawah ini.
Ya, kamu bisa menjawab "kebangetan". Lo, jelas. Narasi menggambarkan Nuri sedang membawa 8 (delapan) plastik. Setiap plastik isinya 6 (enam) buah mangga. Bayangkan betapa repotnya Nuri. Budi bukannya menolong Nuri, eh, malah sibuk menghitung jeruk yang tidak jelas.
Jangan mencak-mencak atau mengumpat kepada pembuat soal. Beliau sepertinya ingin menguji daya nalar siswa. Kalau ketemu River, pembuat soal bakal kelabakan. Pasti akan dia jawab lebih receh. Satu truk tronton, misalnya. Dalam logika River, Budi hanya berkhayal.
Sekarang mari kita belajar menghitung waktu. Perhatikan soal berikut.
Kamu bisa mengisi jawaban sesuka hati. Toh guru dan pembuat soal tidak pernah melihat ibumu memasak dan mencuci. Mereka pasti buta jadwal, jadi santai saja. Masukkan misalnya pukul 23.00. Alasannya, jemuran diangkat jam sebegitu. Menjemur masih bagian dari mencuci, kan?
Tidak usah menggerendeng. Tertawa saja. Anggap pembuat soal sedang menghibur siswa. Bukan apa-apa, soal ulangan yang ruwet bisa bikin mumet. Nah, dengan soal seperti itu maka siswa mendapat jalan untuk tertawa dan menjawab sesukanya.
Tiba saatnya kita belajar tentang empati. Silakan baca soal di bawah ini.
Apa jawaban kamu? Oh, "b". Baiklah. Menertawakannya keliru. Mestinya mentertawakan. Bukan sekadar kata menertawakan yang salah kaprah, melainkan sekaligus membayangkan kita sedang bersenda gurau dengan teman. Namanya juga teman, kadang bercanda riang dengan melempar bola pingpong.
Bagaimana kalau jawabanmu "c"? Tidak apa-apa. Itu kalau adik atau kakakmu yang kena. Itu pun karena sebelumnya kamu sudah ingatkan agar bergeser, terus bergeming dan terkena bola. Ngeyel, sih. Hehehe.
Sekalian omeli saja pakai dialog Jenderal Nagabonar, "Sudah kubilang kau zangan pergi bertempur, ah, kau pergi zuga. Kena bolalah kau!"