Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Bendungan Tukul, Pacitan, dan Tendangan Tanpa Bayangan

Diperbarui: 15 Februari 2021   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi bersiap-siap meresmikan Bendungan Tukul Pacitan, Jawa Timur (Foto: Twitter/@setkabgoid)

JIKA SUATU HARI NANTI ada kesempatan, saya ingin sekali pelesiran ke Pacitan. Saya memang sudah lama "mengidam" ke sana. Ada dua destinasi yang sangat ingin saya datangi. Pertama, Gua Gong yang disebut-sebut sebagai gua terindah di Asia Tenggara. Kedua, Tabuhan--batu yang dapat ditabuh dan berbunyi seperti gamelan.

Sekali waktu saya lama berada di Magetan dan Ponorogo, kabupaten tetangga Pacitan, mencari bahan novel Sepatu Dahlan, tetapi belum sempat menyeberang ke Gua Gong dan Tabuhan. Tadi malam hasrat ke Pacitan kembali mencuat. Hal itu dipicu oleh dua destinasi wisata baru, yakni Museum dan Galeri Seni SBY*ANI serta Bendungan Tukul.

Semua yang bernama museum tentu menyimpan banyak kenangan, apalagi ditambah galeri seni. Itu alasan mengapa saya ingin menyambanginya. Dari namanya sudah jelas bahwa museum itu menjadi tempat untuk merawat kenangan, sumbangsih, dan segala hal yang berhubungan dengan SBY dan Ani Yudhoyono.

Sementara itu, bendungan Tukul baru kemarin (Selasa, 14/2/2021) diresmikan oleh Presiden Jokowi. Syahdan, bendungan tersebut menelan biaya sekisar Rp916 miliar. Syahdan pula, bendungan tersebut dapat mengairi sawah seluas 600 hektare. Bukan hanya itu, bendungan bernama serupa dengan nama depan pelawak kondang itu, Tukul Arwana, juga berfungsi mengendalikan banjir, pembangkit tenaga listrik, tempat wisata, dan penyediaan air bersih.

Entah kapan harapan saya menjadi kenyataan, biarlah waktu dan Tuhan yang tahu.

***

Presiden Jokowi menandatangani prasasti peresmian Bendungan Tukul, disaksikan oleh Gubernur Jawa Timur dan Bupati Pacitan (Foto: Twitter/@setkabgoid)

BEBERAPA PEKAN BELAKANGAN, jagat virtual diriuhkan oleh gonjang-ganjing kudeta yang cukup heboh. Drama kudeta Partai Demokrat sempat menyedot perhatian banyak warganet. Hal itu terjadi karena dugaan kudeta di tubuh Demokrat langsung dimaklumatkan oleh Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono.

AHY, demikian sapaan singkat Agus Harimurti Yudhoyono, adalah putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun SBY, inisial Presiden ke-6 RI, sangat erat pertalian emosionalnya dengan Kabupaten Pacitan. Beliau lahir di sana. Itu pula sebab mengapa Museum dan Galeri Seni SBY*ANI didirikan di kabupaten yang tenar dengan sebutan Kota Seribu Gua.

Drama kudeta Demokrat, seperti uraian di atas, dihubung-hubungkan dengan Presiden Jokowi. Syahdan, menurut petinggi Partai Demokrat, Pak Jokowi mengetahui dan merestui dalang di balik gosip kudeta. AHY kemudian bersurat kepada Presiden Jokowi untuk mengonfirmasi dugaan tersebut.

Sayang sekali, Pak Jokowi mengabaikan “surat cinta” AHY. Jawaban beliau disampaikan seperti angin lalu saja. Itu pun lewat Pratikno, Menteri Sekretaris Negara, tanpa konferensi pers yang setara dengan pengumuman AHY. Sontak elite Demokrat bak kebakaran kumis. Rupa-rupa isu baru ditiup-tiupkan agar gosip drama kudeta bertahan lama.

Dua hari lalu, Sabtu (13/2/2021) SBY berkicau di Twitter. Beliau bertutur tentang obat pahit dan gula manis. Beliau menganalogikan obat pahit sebagai kritik dan gula manis sebagai puji-pujian. Beliau melengkapi cuitan dengan argumen bahwa obat sepahit apa pun akan membuat orang sehat, sedangkan gula semanis apa pun jikalau berlebihan bisa mengundang penyakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline