Bukan Anies Baswedan namanya kalau tidak jago memanfaatkan situasi. Gubernur DKI Jakarta itu tahu benar kapan durian runtuh, bilamana ia mesti mendekat, kemudian diam-diam membawa kabur durian runtuh itu. Salah satu keahlian mantan pembantu Jokowi itu adalah "memanfaatkan situasi".
Tidak percaya? Saya tidak sedang menghajar Anies. Maaf, saya belum segalak itu. Malahan saya takjub pada kecerdasan beliau dalam mengamati, mempelajari, dan memanfaatkan keadaan. O, Anies Baswedan tiada duanya dalam urusan begituan.
Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) sudah berlalu, tetapi gelegarnya masih terasa. Selasa, 9 Februari 2021, seorang bintang berhasil mencolong perhatian. Siapa lagi aktornya kalau bukan Anies. Gubernur DKI Jakarta itu mampu memaksa kamera terbidik ke arahnya. Ia berhasil menggerakkan pena pewarta agar mengguritkan namanya.
Lawan politik dan para penentang Anies boleh sewot, mangkel sambil menggebuk meja juga sah. Namun, jauhkan kalimat "Anies tebal muka pamer prestasi di Istana Negara" dari kepala. Kenapa? Itu justru menunjukkan ketakjuban saat menyaksikan manuver komunikasi politik Anies.
Bayangannya seperti ini.
Dalam puncak peringatan HPN kemarin, Anies seperti bocah culun yang dipaksa masuk ke kandang macan. Ia mesti berpidato di Istana Negara. Ia disuruh mengorek duka lama, sebab ia pernah rutin berada di sana semasa menjabat menteri. Lawan politik dan para penentang tentu berharap Anies kikuk, salah tingkah, dan gegar kata saat berpidato.
Ternyata tidak. Anies malah menjelma sebagai balerina yang menari indah di atas permukaan lantai yang penuh serpihan kaca. Dalam nada suara yang terjaga, dalam susunan kalimat yang tertata, dalam pancaran mimik tidak berdosa, ia pamerkan prestasinya mengatasi kemacetan.
Itu pertama. Lalu, kedua.
Anies seperti domba muda yang digiring ke tengah kawanan serigala. Jangan marah, ya, ini tamsil belaka. Bukan berarti "yang di sini domba" dan "yang di sana serigala". Bukan. Maksud saya begini. Kita semua tahu bahwa Anies acapkali bertentangan dengan para menteri (baca: pembantu Pak Jokowi). Kemarin, ia terpaksa masuk istana dan berada di tengah-tengah menteri yang selama ini kerap membantah atau menyanggah kebijakannya.
Lawan politik dan para penentang tentu berharap Anies salah adat, salah sikap, dan salah kata saat berbicara. Ternyata tidak. Anies malah seperti matador yang mahir merentangbentangkan kain merah untuk menaklukkan si banteng. Boro-boro salah kata, Anies malah menepuk dada dengan sorot mata yang seakan-akan berkata "ini gue, ape lo!". Merasa belum cukup, Anies malah berkata, "Ape lo, ape lo!"
Itu kedua. Sekarang, ketiga.