Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Dukun Kekinian: dari Jimat hingga Festival Santet

Diperbarui: 5 Februari 2021   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan Presiden Gambia, Yahya Jammeh, memerintahkan penangkapan semua dukun di Gambia saat berkuasa (Foto: Andrew Renneisen/Getty Images)

Kabar menarik. Dukun di Indonesia bersatu. Mereka tidak mau tercerai-berai lagi. Mereka bersatu dalam wadah organisasi. Namanya keren. Persatuan Dukun Nusantara. Kalau disingkat menjadi Perdunu. Awas, Bro, jangan dipelesetkan menjadi Perdungu. Nanti kamu disantet!

TIADA angin tiada awan, berarti tidak ada apa-apa. Begitu adanya. Rabu lalu, 3 Februari 2021, para dukun di Indonesia berkumpul di Banyuwangi. Jangan berpikir mereka tengah memusyawarahkan kurikulum santet, metode pembelajaran guna-guna, atau sertifikasi dukun. Bukan itu.

Bertempat di Desa Sumberarum, Kec. Songgon, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur, dukun-dukun itu berkumpul dan menggelar konferensi. Semacam itulah. Tujuannya, membentuk organisasi resmi semacam organisasi masyarakat. Dikutip Detik.com, organisasinya dinamai Persatuan Dukun Nusantara.

Anda heran? Saya juga. Saya sempat bertanya-tanya dukun apa saja yang berhak menjadi anggota Perdunu. Barangkali semua dukun. Dari dukun beranak hingga dukun teluh. Dari dukun pengobatan tradisional sampai dukun pelet.

Sebagaimana lazimnya ormas yang lain, Perdunu tentu saja akan menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Plis, jangan bayangkan AD/ART Partai Demokrat yang kemarin disentil oleh Menteri Sekretaris Negara. Ini murni AD/ART para dukun.

Setelah berdebat mesra dalam balutan jampe-jampe, Rabu (3/2/2021) dijadikan hari keramat. Hari itu mereka mendeklarasikan diri. Misi deklarasi bukan sekadar supaya masyarakat luas tahu bahwa dukun sudah punya perkumpulan, bukan. Mereka tengah memukul canang agar seluruh dukun di Indonesia bersatu di bawah payung Perdunu.

Jangan tertawa keras begitu, Bro. Geli hati geli saja, jangan tertawa sinis. Hehehe. Mau diteluh? Saya sih mau dipeluk oleh yang saya sayangi. Uhuk!

***

PERKARA dukun tidak hanya ada di Indonesia. Dunia klenik ada di mana-mana. Hampir di seluruh penjuru bumi selalu ada orang yang percaya pada klenik. Sakit hati, kirim teluh. Penerima teluh muntah-muntah, keluar paku dan jarum. Kembang kota yang sudah berkali-kali menolak dan buang ludah dikirimi pelet, eh, kebelet.

Ada pula calon anggota legislatif, tidak perlu saya sebut namanya (karena saya tidak tahu), mau maju di pileg mesti sowan dulu ke dukun. Bukan soal hari baik atau malam buruk, melainkan agar dirinya dipilih oleh banyak orang. Setelah penghitungan suara kelar, dia kalah. Setres. Kelar.

Ada klub sepakbola, tidak perlu saya sebut namanya (karena bagian ini mengada-ada sekadar untuk kasih contoh), enggan melakoni partai tandang jika dukun andalan tidak disertakan. O ya, jangan ingat, banyak orang yang percaya bahwa gawang lawan dapat membuat tanah atau rumput yang tersiram air seni pasti basah.

Dukun juga seperti cat, lo. Ada warnanya. Ada dukun putih, ada dukun hitam. Apa perbedannya? Bagaimana cara kerja mereka? Apakah dukun putih dan hitam itu sudah disertifikasi? Apakah mereka punya asesor dan lembaga sertifikasi profesi yang diakui oleh BNSP? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline