Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Dari Rachel Vennya Warganet Belajar

Diperbarui: 3 Februari 2021   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rachel Vennya (Foto: Instagram @rachelvennya via Kompas.com)

SEMUA orang adalah guru dan alam raya sekolah kita. Jargon itu melekat erat semenjak saya remaja. Melekat erat di batok kepala, sungguhpun tidak pakai lem. Melekat kuat di bilik ingatan, sekalipun tidak pakai perekat.

Naga-naganya jargon itu masih tertanam di benak warganet. Dua hari belakangan, topik yang tengah hangat dimamah warganet adalah pemelajaran taklangsung dari seorang selegram ternama, Rachel Vennya.

Tanpa pengerahan pemelajar (murid) secara terstruktur dan teroganisasi, warganet berduyun-duyun masuk kelas virtual. Tidak ada kurikulum, tidak jelas jam belajar, tidak terang belajar apa. Hanya mengamati dari jauh dan warganet kontan tercerahkan. Mulai heran, kan? Tidak ada guru, tidak ada materi, tetapi peserta didik (baca: netizen) mendapat banyak pelajaran berharga.

Hal itu membuktikan bahwa sebenarnya netizen di Indonesia mudah dalam mempelajari sesuatu. Serius!

***

BARANGKALI ada tetangga yang tiap hari “membanting tulang” demi biaya sekolah anaknya, lalu kita abai belajar darinya soal cara berjuang tanpa keluh. Mungkin ada tetangga yang miskin papa, tetapi rajin membantu sesama, dan kita luput belajar darinya soal cara membantu sepenuh hati.

Barangkali ada guru bantu di sekolah dekat rumah kita dengan honor yang tidak cukup untuk bea hidup sebulan, tetapi beliau tetap rajin mengajar tanpa kenal lelah, dan kita abai belajar dari beliau soal cara memberi tanpa kilah.

Giliran badai menerpa biduk rumah tangga Rachel, warganet mendadak jadi insan pemelajar. Cerdas-cerdas pula. Tugas analisis terkumpul tidak seberapa lama. Semua bisa mempelajari hikmah di balik pengalaman hidup Rachel. Seakan-akan selama ini mereka tidak pernah melihat perkara serupa terjadi di sekitarnya.

Tidak ada yang keliru. Memetik pelajaran berharga dari pengalaman orang lain itu sah, asal hikmah yang kita petik tidak dilabeli asumsi koplak. Sebab, entah sengaja entah tidak, ada warganet yang tiba-tiba merasa berhak menjadi hakim atas garis hidup orang lain.

Heran saja. Soalnya, warganet tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mengapa sesuatu terjadi, dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi langsung mampu menarik simpulan. Ikut merasa heran, kan? 

Mari kita sigi tiga poin yang dipelajari oleh warganet.

  • Dari Rachel Vennya aku belajar bahwa tidak selamanya hidup sesuai dengan yang kita mau. Pasti akan ada saatnya dunia begitu kejam kepada kita.
  • Dari Rachel Vennya aku belajar bahwa lelaki bengal sebelum menikah belum tentu berubah setelah menikah. Laki-laki di mana-mana sama.
  • Dari Rachel Vennya aku belajar tiga hal: pacaran lama tidak menjamin apa-apa, cewek cantik, mandiri, dan punya uang banyak tidak menjamin apa-apa, dan mencoba menjadi yang lebih baik juga tidak menjamin apa-apa.

Benar, hidup tak selamanya berjalan seperti yang kita inginkan. Itu benar. Namun, apakah dunia bisa kejam kepada kita? Kenapa dunia yang kita persalahkan? Hehehe. Benar, mengubah watak tidak semudah mengubah wajah. Itu benar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline