Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Wahai Penulis, Miliki Naluri Pemburu

Diperbarui: 17 Januari 2021   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Olah Pribadi

Paragraf pembuka sangat vital bagi sebuah cerita. Jika paragraf pembuka gagal memantik selera baca, tidak mengandung penyulut rasa penasaran, dan tidak berpilin erat dengan isi cerita maka selamat tinggal. Pengarang baru saja kehilangan seorang pembaca.

Itu sebabnya pengarang mesti menata baik-baik paragraf atau bab pembuka cerita. Jika tidak, pembaca akan ngedumel. Penulis ini tidak rapi dalam menyampaikan gagasan. Lalu misuh-misuh. Penulis ini membuang-buang waktu saya. Lalu meninggalkan cerita. Penulis ini tidak serius meracik cerita. Satu pembaca pergi.

Sekali pembaca pergi, belum tentu ia kembali. Sekali pembaca kecewa, belum tentu ia ingin membaca karya kita lagi. Manajemen perasaan pembaca, tentu saja, pada akhirnya menjadi sesuatu yang sangat penting dipikirkan oleh tiap-tiap pengarang. 

Penulis nonfiksi pun begitu. Pada paragraf pertama artikel atau esai yang dianggit, penulis harus mencurahkan seluruh kemahiran gramatikalnya agar bisa menggiring dan menggaet pembaca. Jika tidak, gagasan dalam tulisan tidak akan meninggalkan jejak apa-apa di benak pembaca.

Baik pembaca kritis maupun pembaca pembura hiburan sama-sama mulai membaca cerita kita dengan pertanyaan dasar, "Apa manfaat cerita ini bagiku?" Setelah itu, "Apakah saya akan larut atau terlibat di dalam cerita?" Kemudian, "Perasaan apa yang akan muncul ketika kisah tamat?"

Tiga pertanyaan itu bisa berjumpa jawaban setidaknya pada dua paragraf awal sebuah kisah. Jika dua paragraf awal tidak menyiratkan manfaat, pembaca akan menyimpulkan tiada guna saya baca kisah ini. Jika pembaca tidak menemukan keterikatan emosional dengan bacaan, mereka bisa langsung angkat kaki bahkan sebelum membaca paragraf ketiga.

Maka dari itu, telaten dan telitilah menggubah paragraf pembuka.

Miliki naluri pemburu. Inilah yang mesti Anda miliki saat akan menaja paragraf pembuka. Naluri pemburu. Naluri itu adalah giring dan gaet. Anda harus menggiring pembaca dengan fondasi konflik yang kuat sejak paragraf pembuka. Anda mesti menggaet pembaca dengan kemasan yang membangkitan minat.

Coba tilik contoh berikut.

Nayla melirik arloji di tangan kanannya. Baru jam lima petang. Namun, langit begitu hitam. Matahari sudah lama tenggelam. Ia menjadi muram seperti cahaya bulan yang bersinar suram. Hatinya dirundung kecemasan. Apakah jam tangannya mati? Lalu jam berapa sebenarnya sekarang? Nayla memeriksa jam di mobilnya. Juga jam lima petang. Jam pada ponselnya pun menunjukkan jam lima petang. Ia memijit nomor nol satu tiga. Terdengar suara operator dari seberang, "Waktu menunjukkan pukul tujuh belas, nol menit, dan dua puluh tiga detik." Lalu manakah yang lebih benar: Penunjuk waktu atau gejala alam?

Paragraf pembuka di atas saya nukil dari cerpen Waktu Nayla yang dianggit oleh Djenar Maesa Ayu. Pada paragraf di atas, Djenar menunjukkan naluri pemburu yang sangat kental. Ia sudah menggiring pembaca dengan dasar konflik sederhana, tetapi sarat dengan emosi.

Baru pukul lima petang, tetapi matahari sudah lama tenggelam. Ia menggaet emosi pembaca dengan adegan melihat jam tangan, jam mobil, dan jam di ponsel. Malahkan menekan tombol 103 hanya untuk menanyakan waktu. Lantas ditutup dengan konklusi penggiring: mana yang lebih benar antara penunjuk waktu dan gejala alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline