Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Kesalahan yang Sering Sekali Disepelekan oleh Penulis

Diperbarui: 1 Januari 2021   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Olah Pribadi

Tunggu dulu. Sebaiknya Anda berhenti di paragraf pembuka ini daripada nanti sakit hati gara-gara membaca tulisan ini. Bukan apa-apa, tulisan ini menyibak hal sederhana yang barangkali sering Anda lakukan. Daripada nanti dendam kepada saya, sebaiknya tinggalkan artikel ini.

Ah, ternyata Anda keras kepala. Oke. Tidak apa-apa. Yang penting ogut sudah memberikan garis batas yang jelas dan tegas. Saya sudah menjelaskan bahwa Anda boleh jadi senewen setelah membaca tulisan ini. Selanjutnya, terserah Anda!

Artikel ini saya taja untuk menyingkap tabir kesalahan berbahasa yang sering sekali diabaikan oleh penulis. Boleh jadi Anda termasuk di antaranya. Mengapa saya menggunakan "sering sekali"? Itu berarti 'sangat sering'.

Lantaran sangat sering dilakukan, Anda menyangka tidak melakukan kekeliruan. Lo, kenapa saya langsung main tunjuk? Aduh. Maafkan saya karena tiba-tiba terjangkit tabiat main hakim sendiri. Saya ganti, ya. Lantaran sangat sering dilakukan, segelintir penulis menyangka tidak melakukan kekeliruan.

Apa saja kesalahan berbahasa yang sering sekali diabaikan oleh penulis? Ayo, kita mulai!

1. Keliru menggunakan maksudnya

Tanpa kita sadari, kita kerap melakukan kesalahan ringan saat memilih kata. Satu contoh, penggunaan akhiran -nya. Kadang-kadang kita lupa bahwa -nya dapat berfungsi sebagai penanda milik atau penegas tokoh.

Namun, ada saja pengarang yang keliru menata dialog sederhana. Sesekali keliru pula dalam menaja narasi atau deskripsi. Lihat saja penggunaan kata "maksudnya". Apabila dua atau lebih tokoh berdialog maka kita perlu berhati-hati menggunakan kata itu. Silakan tilik argumen saya.

Nani memberengut. "Jika kamu ingin pergi, pergilah." Ia menunduk, mengelap pipinya yang tiba-tiba basah, dan mendongak dengan mata membeliak. "Suatu ketika kamu akan paham betapa menyakitkan saat ingin kembali, tetapi pintu kepulangan tertutup rapat."

Nana mengernyit. "Maksudnya?"

Pada nukilan di atas terlihat Nana mempertanyakan maksud perkataan Nani. Sayang sekali, ia lupa bahwa kata yang tepat bukanlah "maksudnya". Silakan tilik perubahan di bawah ini.

Nani memberengut. "Jika kamu ingin pergi, pergilah." Ia menunduk, mengelap pipinya yang tiba-tiba basah, dan mendongak dengan mata membeliak. "Suatu ketika kamu akan paham betapa menyakitkan saat ingin kembali, tetapi pintu kepulangan tertutup rapat."

Nana mengernyit. "Maksudmu?"

2. Keliru menggunakan suka

Kita sering sekali memelihara kesalahan. Terkadang satu kesalahan sengaja kita rawat karena kita anggap itu hal sepele. Receh. Remeh. Ambil contoh kesalahan dalam memilih kata. Tidak. Ini bukan tertuju kepada penulis saja, melainkan kepada seluruh pengguna bahasa Indonesia.

Saya kasih satu contoh. Pengguna bahasa Indonesia sering keliru menggunakan kata suka. Ayo kita lihat contohnya.

Aku suka pusing kalau kelamaan memakai kacamata.

Bisa-bisanya, ya, ada orang yang menyukai dirinya dilanda rasa pusing. Otak itu di kepala. Kalau pusing, otak bisa melemah. Herannya, ada yang suka. Mungkinkah kita benar suka pusing? Oh, jangan-jangan yang kita ingin utarakan adalah sering. Coba bandingkan dengan kalimat berikut.

Aku sering pusing kalau kelamaan memakai kacamata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline