Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Mengulik Pernak-pernik Menulis Judul

Diperbarui: 4 Oktober 2020   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Olah Pribadi

Judul pada tulisan ibarat gapura bagi sebuah rumah. Judul bagaikan gerbang tempat pendatang bisa memasuki tulisan. Sebagai gapura, judul perlu ditata agar laras dan padu dengan isi tulisan. Sebagai gerbang, judul perlu ditulis sesuai dengan kaidah penulisan judul.

Pada hari keempat Bulan Bahasa 2020 ini saya ingin berbagi tip tentang penulisan judul. Agar obrolan terukur dan tertata, kita bagi sesinya ke dalam dua babak. Biar tidak lama. Hanya dua babak. Silakan cermati infografis di bawah ini.

Dokumen Olah Pribadi

Dari infografis di atas terlihat bahwa penjudulan bertalian dengan (1) pemilihan judul dan (2) penulisan judul. Saya ulang, memilih dan menulis judul. Dua hal yang tidak sepele. Memilih jodoh amat pelik, menulis nama di buku nikah lebih sulit lagi.

Mari kita menyelam lebih dalam. Ketika memilih judul, setidaknya ada dua asas yang mesti kita perhatikan. Pertama, laras dengan isi tulisan. Artinya, judul merupakan gambaran lepas dan ringkas dari keseluruhan tulisan.

Kedua, ringkas dan jelas. Berapa jumlah kata yang pas untuk sebuah judul? Tidak ada undang-undang yang mengatur jumlah kata. Bebas. Satu kata boleh, tujuh juga boleh. Sekali lagi, bebas asalkan ringkas dan jelas.

Langkah berikutnya adalah menata judul. Setidaknya ada tiga rambu yang mesti kita perhatikan. Silakan tilik infografis berikut ini.

Dokumen Olah Pribadi

Pertama, bernalar. Judul yang kita tata harus masuk akal atau logis. Artinya, kita harus memperhatikan nalar berbahasa ketika menata judul. Perhatikan!
  1. Suap Hakim, Penyidik KPK Bekuk Pengusaha AA (keliru)
  2. Suap Hakim, Pengusaha AA Dibekuk Penyidik KPK (tepat)
  3. Penyidik KPK Bekuk Pengusaha AA yang Suap Hakim (tepat)
  4. Pengusaha AA Tertangkap Tangan Suap Hakim (tepat)

Contoh (1) terlihat logis. Aman-aman saja. Ada yang menyuap hakim, kemudian ditangkap oleh penyidik KPK. Akan tetapi, tunggu dulu. Siapa yang menyuap? Jika yang menyuap adalah pengusaha AA maka contoh (2) yang tepat.  

Contoh (3) sudah tepat dan sesuai dengan nalar berbahasa, tetapi tampak lebih panjang dibanding contoh kedua. Contoh (4) terlihat lebih ringkas dan jelas, tetapi harus kita perhatikan isi tulisan. Jika fokus utama tulisan adalah keberhasilan KPK, contoh keempat kurang laras dengan isi tulisan.

Kedua, berterima. Maksud saya begini, Kawan. Judul harus sesuai dengan kaidah penulisan. Lantaran judul bukan kalimat, tidak perlu ada tanda baca pada akhir judul. Subjudul juga begitu. Tanda titik (.) tidak perlu, tanda koma (,) tidak butuh, tanda seru (!) tiada guna.

Bagaimana contohnya? Tenang. Semua akan indah pada waktunya. Maksud saya, nanti saya sajikan contoh penggunaan tanda baca. Kita tuntaskan dulu uraian soal pemilihan judul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline