Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Ada Penulis yang Tidak Paham Soal Proklitik, Ada!

Diperbarui: 10 Agustus 2020   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Jika ada murid yang gagal paham soal kaidah penulisan proklitik, itu masuk akal. Tugas murid memang belajar, wajar kalau salah. Jika ada guru Bahasa Indonesia yang tidak paham kaidah penulisan proklitik, itu tidak masuk akal. Tugas guru adalah mengajar, tidak wajar kalau tidak paham pada soal seremeh itu.

Benarkah ada guru Bahasa Indonesia yang tidak tahu tentang proklitik? Tidak ada. Ilmu kebahasaan para guru Bahasa Indonesia pasti sudah tanak sehingga kemampuan mereka tidak perlu disangsikan lagi. Benarkah ada guru Bahasa Indonesia yang tidak paham soal kaidah penulisan proklitik? Tidak ada. Jangan diambil hati.

Alinea pembuka di atas hanyalah taktik norak yang saya gunakan untuk memancing atensi pembaca. Biar kalian ternganga dan terheran-heran. Selain itu, alinea pembuka tersebut hanya sebatas strategi receh agar kalian menyangka ada hal penting yang akan saya kupas.

Bagaimana kalau benar-benar ada?
Itu perkara lain. Kesalahan jelas bukan hak milik guru Bahasa Indonesia saja, melainkan banyak pihak yang mesti bertanggung jawab. Mungkin kurikulum yang gagal ditafsirkan dengan apik, mungkin sistem pendidikan yang tidak mendukung kecerdasan gramatikal di kalangan pelajar.

Coba temui teman kalian yang berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia. Tanyalah dengan sopan dan santun tentang apa definisi proklitik ku- dan kau-, kapan proklitik ku- atau kau- digunakan, dan apa fungsi proklitik ku- dan kau-.

Cukup tiga pertanyaan itu dulu. Kalau ada satu pertanyaan yang tidak terjawab, tidak usah ngeyel terus bertanya. Kadang seseorang mudah tersinggung kalau dicocor pertanyaan terkait bidang yang ia (anggap ia) kuasai.

Andai tiga pertanyaan itu terjawab dengan lancar, langsung sodorkan pertanyaan keempat. Bagaimana contoh penulisannya? Percaya saja, semua guru Bahasa Indonesia niscaya dapat dengan mudah menyelesaikan jawaban atas pertanyaan itu. Kalaupun ada yang gagal, mungkin sewaktu kuliah mereka sibuk mendengkur saat dosen membabar pronomina persona yang ada varian atau bentuk ringkasnya.

Bagaimana dengan penulis? Sama saja. Judul yang saya tabalkan pada artikel ini sebenarnya bersifat provokatif. Tentu saja saya punya alasan (yang sebenarnya saya buat-buat saja) untuk mempertanggungjawabkan pemilihan judul tersebut.

Ringkasnya begini. Ada segelintir (itu berarti tidak banyak) penulis yang gelagapan setiap akan menulis kata "kau". Otaknya kontan bergejolak: apakah dipisah atau digabung? Jangankan kita yang masih tergolong penulis amatiran, mereka yang penulis profesional saja masih ketar-ketir. Kadang semua dipasrahkan kepada editor yang, celakanya, ada juga sebagian tidak paham benar dengan kaidah penulisan proklitik ku- atau kau-.

Bukankah penulis dan editor juga manusia biasa yang bisa salah atau keliru? Wah, itu betul banget. Jangan ingat, guru Bahasa Indonesia juga manusia biasa. Ada saat-saat materi yang diperoleh di bangku kuliah menguap ketika dipraktikkan di depan murid-murid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline