Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Jangan Baca Artikel Ini, Nanti Kamu Kecele

Diperbarui: 9 Juli 2020   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bergotong royong membersihkan selokan dan lingkungan. (Ilustrasi: indonesiana.id)

(1)

Seorang teman bertanya kepadaku. "Berikan aku tips agar tidak buntu saat menulis!"

Aku balik bertanya, "Tips?"

Ia mengangguk. "Semacam saran, nasihat, atau petunjuk praktis biar lancar saat menulis."

Aku menggeleng. "Aku tidak punya tips, Bro. Kalau tip, ada beberapa!"

Kita punya kebiasaan menambahkan huruf di belakang satu kata. Seharusnya tip, kita sebut tips. Kebiasaan itu kita kaprahkan. Sampai-sampai sekarang kita menyangka bahwa tips itu benar, padahal keliru. Kata yang tepat adalah tip.

Contoh lain adalah fan. Kata bermakna 'pengagum atau penggemar' itu sering benar kita sebut fans. Apa tujuannya? Jika ingin membentuk makna jamak, gunakan saja 'para penggemar'. Bukan keminggris atau sok nginggris dengan membubuhkan huruf /s/ setelah /n/.

Dalam dunia linguistik, kebiasaan menambah huruf di belakang satu kata disebut paragog. Ah, sudahlah. Jangan terlalu serius. Kita memang sudah terbiasa salah kaprah, Temans

Aduh, maaf, saya ikut-ikutan paragog.

Baca juga: Ketidakadilan Gender dalam KBBI

(2)

Pagi sedang terik. Matahari tengah mempertunjukkan kuasanya.

Di seberang jalan, seorang bapak sedang meneriaki anaknya. "Bersihkan sampah di selokan!"

Si Anak buru-buru turun ke selokan sembari menggerutu, "Semuanya?"

Sang Bapak sepertinya lupa cara tersenyum. "Jangan banyak bacot!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline