Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Kalung Antivirus Korona dan Apatisme Publik

Diperbarui: 9 Juli 2020   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalung Antivirus Korona dan konco-konconya. (Sumber Foto: Kompas.com/Dokumentasi Humas Kementan RI)/

Dari 700 jenis eukaliptus, pohon kayu putih, ada satu jenis yang bisa mematikan virus korona. Hasil lab untuk antivirus. Kita yakin bulan depan sudah bisa dicetak. Diproduksi. -- Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian RI 

(1)
Netizen heboh. Semua gara-gara Kalung Antivirus Korona--selanjutnya saya singkat Kavirna biar lebih ringkas. Itu bukan singkatan resmi dari Kementan, melainkan ulah saya saja yang asal main singkat. 

Andai Kavirna benar-benar moncer bin mujarab bin manjur, sebagaimana klaim Menteri Pertanian, setidaknya pada September 2020 nanti Indonesia sudah merdeka dari cengkeraman virus korona.

Syahdan, Kavirna sudah melewati uji laboratorium. Hasilnya sangat apik. Jika dipakai selama 15 menit akan membunuh 42% virus korona. Kalau dipasang di leher selama 30 menit dapat membasmi virus korona hingga 80%. Begitu kata Pak Mentan. Tokcer banget!

Bayangkan saja. Jika seluruh rakyat Indonesia memakai Kavirna selama sebulan, mampuslah virus korona itu. Sebulan kelamaan, seminggu saja. Toh satu jam saja sudah cukup untuk memaksa virus korona menangis darah dan sakaratul maut.

Kementan tinggal memproduksi Kavirna secara massal. Otomatis Pemerintah akan mengucurkan dana khusus. Pasti triliunan. Tak apalah. Guyuran dana sebanyak apa pun niscaya setimpal jika itu demi keselamatan dan kesehatan seluruh rakyat Indonesia.

Tidak ada salahnya kita berikan waktu dan kesempatan bagi Kementan untuk membuktikan klaim tersebut. Siapa tahu kemungkinan berhasil lebih besar dibanding kemungkinan gagal atau ketidakmungkinan berhasil.

Andaikan berhasil, kita harus berbangga hati karena antivirus korona ditemukan oleh anak bangsa.

(2)
Ternyata bantahan muncul dari mana-mana. Dari sindiran warganet hingga kritikan cerdik cendekia. Dari yang awam hingga yang khatam soal epidemiologi. Dari lembaga riset hingga organisasi profesi. 

Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, menilai bahwa tidak ada relevansi antara kalung antivirus dan paparan virus korona. Dilansir Kompas.com, Dicky menyatakan tidak melihat hubungan antara kalung di leher dengan paparan virus ke mata, mulut, dan hidung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline