Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Cinta Buta Melawan Nilai-nilai Sportivitas

Diperbarui: 18 April 2019   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raheem Sterling merayakan gol | Foto: thesouthafrican.com/Getty Images

Setelah Juventus, Manchester United, dan Manchester City keok di kontestasi Liga Champions UEFA, mendadak banyak orang yang keranjingan memasak. Sayang sekali, hanya goreng-menggoreng.

Tidak sedikit orang yang menaksir Ajax Amsterdam bakal tersingkir di babak perempat final. Alasan mereka jelas, Juventus punya keuntungan gol tandang. Cukup menang 1-0 maka Juventus meloncat ke semifinal.

Ketika pertandingan usai, Ajax kembali menggegerkan rimba sepak bola. Sejarah kalah kandang dan menang tandang kembali terulang. Peristiwa heroik kala melawan Real Madrid terulang ketika menghadapi Juventus. Jadilah Ajax ke semifinal, sedangkan Juventus menangisi nasib.

Tidak sedikit orang yang meramal Manchester United akan menjungkalkan Barcelona di Camp Nou. Alasan mereka jelas, Setan Merah menundukkan PSG di kandang lawan. Cukup menang 2-0 atau 2-1 maka Setan Merah melompat ke semifinal.

Tatkala laga kelar, Setan Merah harus pasrah menerima kenyataan. Tim besutan Solskjaer ini gagal membalikkan kekalahan 0-1 dari Barcelona. Boro-boro menang, tiga gol bersarang di gawang De Gea. Tanpa gol balasan, tanpa perlawanan berarti.

Messi mencetak gol pertama yang indah setelah membikin malu pemain lawan. Gol kedua (masih Messi) dan ketiga (Coutinho) lebih parah. Pasukan Setan Merah bagai sekawanan orang linglung yang bingung menghentikan liukan Messi dan Coutinho.

Tidak sedikit orang yang menujum Manchester City akan membalikkan kekalahan 0-1 di kandang Spurs kala bermain di kandang sendiri. Alasannya jelas, produktivitas gol City sangat mentereng. Belum lagi pengalaman pelatih City, Pep, yang dijuluki Pelanggan Semifinal. Selain itu, Pep meraih juara Liga Champions baik sebagai pemain maupun pelatih.

Prediksi itu nyaris terjadi. Skor 4-2 sudah cukup bagi City untuk melangkah ke semifinal. Takdir berkehendak lain. Spurs menambah satu gol. Skor menjadi 4-3 dan City menang. Maaf, menangis. Tragis sekali nasib City karena menang di laga kedua, tetapi kalah agresivitas gol tandang.

Kenyataan memang kerap berseberangan dengan harapan. Berharap cinta berakhir di pelaminan, ternyata kandas di tengah jalan. Berharap duduk manis di Senayan sebagai anggota dewan, ternyata nangkring di rumah sakit jiwa akibat depresi. Oh!

Umat pendukung yang tidak sedikit itu, sebenarnya, sadar bahwa hasil akhir kadang tidak sesuai dengan harapan. Sudah merawat cinta selama bertahun-tahun, tahu-tahu yang dicintai ternyata jodoh orang lain. Dengan kata lain, prediksi bisa meleset. Hasil akhir hanya menyuguhkan dua pilihan, yakni taksiran jitu atau tebakan keliru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline