Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Puisi | Matamu

Diperbarui: 16 April 2019   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

--Amaliana Widya Utami

Kamu menabung luka di matamu. Aku tak menemukan jejak marah di senyummu, tetapi kecewa berderuk di desahmu. Pundakmu tulang keropos yang gampang dipatahkan nestapa. Atau diremukkan sengsara. Aku menyesal sekarang. Seharusnya dulu aku belajar tentang bahasa tubuh. Sekarang aku gagap mengeja remah tabah di matamu.

Aku menabuh tawa di telingamu. Kamu terkekeh, tetapi matamu berkaca-kaca. Tubuhmu daun kering yang mudah dilahap api. Atau dibusukkan tanah. Aku menyesal sekarang. Semestinya aku berhenti menyayat hatimu, sebab kutahu menyakiti bukan bagian dari mencintai. Kini aku gugup dan tidak tahu obat apa yang manjur mengobati lukamu.

Aku tegak di depanmu sebagai orang asing yang berusaha lesap ke matamu, lesak ke kedalamannya, dan mencabuti akar-akar luka di dalamnya. Kamu tegak di depanku sebagai perempuan yang pura-pura tabah, menolak air mata, dan buru-buru mengenakan topeng tegar. Aku menyesal sekarang, tetapi entah mengapa aku lupa cara meminta maaf.

Maret 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline