Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Jangan Hina Ibu Saya

Diperbarui: 7 April 2019   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Diego da Silva Costa harus meninggalkan lapangan hijau sebelum babak pertama usai. Wasit mengusir penyerang Atletico Madrid itu pada menit 28. Alhasil, 10 pemain Atletico harus melawan 11 pemain Barcelona.

Usut punya usut, ternyata Costa berlebihan ketika memprotes wasit, Jesus Gil Manzano. Sang Pengadil, dengan mimik teguh dan sikap tubuh yang kukuh, tanpa ragu menarik kartu merah dari saku bajunya. Ia tetap gigih pada keputusannya, sekalipun Costa meradang tepat di depan matanya.

Dalam dunia sepak bola yang keras sekaligus indah, protes pemain atas keputusan wasit bukanlah sesuatu yang tabu. Meski begitu, ada ganjarannya. Kalau wasit menaksir pemain terlalu lebay, ada senjata bernama kartu kuning. Namun, Manzano langsung memberkati Costa dengan kartu merah.

Apa pasal sehingga Manzano berlaku demikian? Ternyata Costa dua kali menghina ibunya. Dengan mata membelantang, Costa menghujat wasit dengan kalimat yang tidak pantas dalam bahasa Spanyol. Me cago en tu puta madre. Makian itu diulang dua kali. Sekali saja sudah keterlaluan, apalagi dua kali.

I shit on your bitch mother. Kurang lebih begitu terjemahannya dalam bahasa Inggris sebagaimana dilansir oleh Tribuna.com. Menghina ibu orang lain sebagai "jalang" sungguh tak beradab. Perilaku buruk sedemikian tidak patut dibiarkan. Itu sebabnya Manzano mencabut kartu merah.

Riwayat Costa di jagat sepak bola memang masyhur sebagai pemain bengal. Ia liat, alot, dan ulet. Ia tidak mengenal jeri walau harus berbenturan atau bersitegang dengan pemain lawan. Apesnya, kali ini ia menghina wasit. Insiden yang mestinya tidak perlu, sebab menggerus ketangguhan timnya.

Dokumentasi Pribadi

Kisah Tandukan Zidane

Sepak bola kerap menyuguhkan kejutan. Laga besar di liga mana pun pasti digelimuni drama.

Suatu kala, 9 Juli 2006, Zidane memimpin Timnas Prancis melawan Timnas Italia di babak final Piala Dunia 2006. Laga itu sangat seru. Zidane membuka harapan rakyat Prancis setelah golnya mengoyak jala gawang Buffon. Kala itu laga baru berlangsung tujuh menit.

Waladin, beberapa menit berselang giliran Marco Materazzi yang menggelorakan asa warga Italia. Bek jangkung itu memaksa laga menjadi imbang. Hingga dua babak dalam waktu normal usai, skor tidak berubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline