Alam sedih. Pagi-pagi ia sudah menangis. Air matanya deras sekali. Real Madrid gara-garanya. Setelah dua kali ditabok oleh Barcelona di Bernabeu, Rabu dinihari Los Blancos, selanjutnya saya sebut Serdadu Putih, ditampol empat gol oleh Ajax Amsterdam.
Tidak ada yang harus diragukan dari Real Madrid. Klub kebanggaan Madridista, sebutan bagi pencinta Real Madrid, sudah merengkuh 13 gelar juara Liga Champions UEFA. Kurang lebih 60.000 penonton yang memadati Stadion Olimpiyskiy Kiev, Ukraina, menyaksikan keperkasaan Serdadu Putih saat melumat Liverpool dengan skor 3-1.
Hadiah 13 gelar jawara se-Eropa bukan prestasi biasa. Jadi, nikmat mana yang akan didustai oleh Madridista?
Belum ada klub sepak bola lain yang dapat menyamai capaian Real Madrid. Jangankan menyamai, mendekati saja tidak ada. Bahkan rival bebuyutan, Barcelona, baru memajang lima piala Liga Champions UEFA di etalase trofinya. Maka dari itu, nikmat mana yang akan diingkari oleh Madridista?
Bahwa prestasi merosot sepeninggal Zinedine Zidane, pelatih fenomenal dengan raihan 9 piala dalam rentang dua setengah tahun, itu benar. Akan tetapi, itu bukan alasan untuk memunggungi Real Madrid dan memungkiri segala-gala yang telah diraih.
Bahwa ketajaman penyerang melorot sepeninggal Christiano Ronaldo, penyerang tertajam sepanjang sejarah klub dari Ibu Kota Spanyol, itu benar. Meski begitu, itu bukan kilah untuk mengutuk tiga kekalahan kandang secara beruntun. Bukankah kalah dan menang merupakan peristiwa biasa yang lumrah terjadi?
Hanya saja, perkara biasa seperti itu dihadapi seolah-olah perkara yang luar biasa. Lihat saja faktanya. Tidak sedikit suporter yang mencemeeh Luka Modric akibat tidak tampil trengginas. Alih-alih membantu klub keluar dari tekanan Ajax, Modric malah keteteran dan terjatuh setelah dikecoh oleh gelandang belia Ajax, Frenkie de Jong.
Padahal, kalau Madridista sudi menelan kenyataan pahit, kejadian sedemikian lazim adanya. Bahwa Modric sekarang menyandang gelar Pemain Terbaik Dunia, bukan berarti ia bakal luput dari kesalahan sepele. Lagi-lagi ada unsur sentimental di sini. Jangan gara-gara de Jong akan menjadi milik Barcelona lantas suporter melupakan jasa Modric.
Alam semakin sedih karena pendukung Real Madrid ternyata tidak setangguh yang ia bayangkan. Alih-alih kesatria mengakui kekalahan, mereka malah mengumpet di got. Alih-alih menghibur Modric dkk., mereka malah menghilang dari riuh linimasa media sosial.
Sekarang mari kita singkap apa yang telah disuguhkan oleh Serdadu Putih bagi para suporter.