Penulis yang rajin menggali dan mengolah kosakata pasti terpangah mendapati kenyataan alangkah kayanya bahasa Indonesia. Namun, kekayaan itu justru jebakan bagi penulis yang tidak cermat atau kurang teliti menyaring kata.
Kita harus menyadari bahwa beberapa kata dalam bahasa Indonesia sekilas tampak serupa, tetapi belum tentu semakna. Andaikan semakna pun, belum tentu posisinya dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, butuh kecerdasan memilih kata dan kecermatan menempatkannya ke dalam kalimat supaya gurih atau renyah dibaca.
Mengapa demikian? Karena setiap kata punya makna dan fungsi masing-masing.
Tidak percaya? Mari kita ulik satu per satu. Kita mulai dari kata suka dan sering. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendengar orang yang mempertukarkan kata suka dan sering. Ketika melihat bawahannya telat, seorang atasan sontak berteriak: Mengapa kamu suka terlambat? Penempatan kata suka dalam kalimat tersebut sebenarnya keliru. Mestinya: Mengapa kamu sering terlambat?
Sebuah pepatah mengingatkan kita bahwa alah bisa karena biasa. Lantaran terbiasa, segelintir penulis akhirnya terpengaruh ragam cakapan. Dia suka memarahi ibunya. Narasi demikian dapat membahayakan keselamatan makna kalimat. Benarkah si tokoh dalam cerita suka memarahi ibunya? Jangan-jangan hanya sering. Kalau memang suka, ya, tidak masalah.
Kata berikutnya adalah sudah dan telah. Sekilas terlihat kata ini semakna, padahal ada perbedaannya. Sekadar contoh: Sudahlah! Kata sudah pada contoh tersebut tidak dapat ditukar dengan kata telahlah. Mengapa? Karena posisi kata telah tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Itu berbeda dengan kata sudah. Selain itu, kata sudah dapat diikuti oleh partikel -lah atau -kah, sesuatu yang tidak berlaku pada kata telah.
Contoh lain adalah lawan kata dari kedua kata tersebut. Kata sudah berantonim dengan kata akan, sedangkan lawan kata telah adalah belum. Jadi, sudah menikah berantonim dengan akan menikah dan telah menikah berlawanan artinya dengan belum menikah. Hal ini terkait fungsi sudah sebagai "pengurai keadaan berlangsungnya sesuatu", sedangkan telah sebagai "penjelas peristiwa berlangsungnya sesuatu".
Supaya lebih terperinci, silakan tilik infografis berikut.
Adapun sekilas contoh pemakaiannya dapat dilongok dalam infografis berikut.
Kata berikutnya adalah "juara" dan "pemenang". Jika dibaca sepintas, kedua kata itu seolah-olah dapat dipertukarkan. Namun jika diamati secara saksama, perbedaannya terlihat terang benderang.
Sekarang simak contoh kalimat berikut.
(1) Samuel juara matematika di sekolahnya.
(2) Willy pemenang I undian berhadiah itu.