Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Sumpah Cinta untuk Garuda Muda

Diperbarui: 29 Oktober 2018   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribunnews

"Hingga jadi debu, Nacional, saya akan tetap mencintaimu. Saya tidak akan pernah lupa bagaimana saya mencintaimu." ~ Abdon Porte, Kapten Klub Nacional Uruguay

Kesatria Garuda Muda yang militan. Pesan yang amat melankolis di atas tertulis dalam secarik kertas yang ditemukan di saku Porte. Kapten Nacional berjuluk Si Indian alias El Indio itu meninggalkan dua pucak surat. Surat pertama berupa wasiat agar jasadnya dimakamkan di sisi legenda Nacional, surat kedua berupa permintaan supaya Presiden Nacional, Jose Maria Delgado, sudi merawat ibu dan keluarganya.

Witan yang militan. Surat itu ditemukan bersama jenazah Porte di titik sepak mula di markas Nacional, Estadio Gran Parque Central, Montevideo. Pukul satu dini hari pada 5 Maret 1918, Porte mengakhiri hidupnya dengan sebuah tembakan tepat di kepalanya.

Saddil yang terampil. Porte depresi. Tekanan bertubi-tubi menindih batinnya. Padahal, sehari sebelum ia mengakhiri hidup dan karier sepak bolanya, klub Nacional yang dicintainya justru berpesta gol di kandang Charley FC, dengan skor 3-1.

Hanis yang manis. Saya ceritakan kepadamu kisah Porte biar kamu tahu bahwa depresi selalu membayangi pemain sepak bola. Carrick bahkan mengaku bahwa ia sangat tertekan setelah klubnya, Manchester United, kalah di final Liga Champions Eropa melawan Barcelona.

Luthfi yang kalem. Jangan berkecil hati, apalagi sampai depresi. Kamu dan kawan-kawanmu sudah mengukir sejarah. Pada 1978, 40 tahun lalu, terakhir kali Garuda Muda lolos ke babak perempat final. Saat itu, timnas kita kalah dari Korea Utara dengan skor 0-2, persis seperti skor malam ini melawan Jepang. Bisa bertahan hingga perempat final itu sudah kado yang indah.

Syahrian yang trengginas. Tidak perlu terlalu berduka. Ingatlah baik-baik capaianmu hari ini. Sejak 1978 sudah lima kali Garuda Muda lolos ke Piala AFC U-19, masing-masing pada 1986, 1990, 1994, 2004, dan 2014. Pada lima kesempatan itu, kita selalu tersungkur sebelum masuk babak gugur. Jadi, tegakkan kepalamu.

Firza yang budiman. Kamu sudah tampil menawan. Lawan yang engkau jaga sepanjang laga bukanlah lawan yang enteng. Takefusa Kubo selama tiga tahun menimba ilmu di La Mesia, akademi sepak bola Barcelona. Setidaknya kamu mampu meredamnya, sekalipun sebuah umpan matang Kubo berbuah gol pada menit 70. Maka, tersenyumlah.

Asnawi yang bertenaga kuda. Jepang adalah juara bertahan. Sepanjang gelaran Piala AFC U-19 merupakan tim paling subur. Berhasil menerobos hingga kotak penalti, meliuk-liuk hingga ditebas lawan, menahan gempuran dari sisi kanan pertahanan sudah kamu lakukan dengan baik. Jangan berkecil hati, apalagi sampai depresi.

Kadek yang tangguh. Lupakan gol pertama yang bersarang di gawang sahabatmu, Riyandi. Kamu sudah tampil apik sepanjang berada di atas lapangan. Hujan tidak menyurutkan semangatmu untuk memberikan yang terbaik. Tetap tabah, tetap tangguh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline