Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Puisi | Riwayat Luka

Diperbarui: 12 Juni 2018   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

1

Kita sepakat meninggalkan masa silam. Tetapi, kita suka diam-diam mengunjunginya. Lewat hujan, lewat ingatan. 

Kesedihan kita biarkan berumah di mata. Sekulum senyum disamarkan oleh jarak dan pelukan.

Luka adalah puisi, rimbun di kebun masa lalu: sebagai kita.

2

Kita sepasang merpati, dengan rindu memusim, sedang menggugurkan kenangan--yang hujan di dada. Seperti angan, angin musim penghujan ditakdirkan sebagai pemutar kenangan. 

Dan kita, sepasang merpati bersayap luka, terisak ditampar-tampar badai nasib, mengutuk malam dan hujan yang tak membiarkan kita tertidur sebelum pagi tiba.

3

Aku bisa saja pergi meninggalkan dan menanggalkan kenangan. Tetapi, aku senang menunggalkan kamu dalam ingatan.

Aku mencarimu di sela jari-jari hujan, yang kudapati sepampang kenangan. Rindu memang rumah segala kesedihan, barangkali. Meski begitu, aku terus bernyanyi, menidurkan kamu di dalam mimpi.

Di sana, tubuhmu terbuka mengundang pagi: membawa cahaya dan embun pembasuh luka. Jendela angan terbuka, matahari tiba lebih pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline