Jika Anda punya riwayat vertigo atau mudah sakit kepala, hindari berselancar terlalu lama di Twitter. Hindari pula gulir layar naik-turun. Ramadan tidak membuat warga internet halus budi atau santun tutur. Ejek-mengejek, hina-menghina, bahkan caci-mencaci terus terjadi.
Mudik. Mulang udik. Ritual sakral tahunan bagi anak rantau ini pasti menyedot perhatian. Dari zaman Soekarno hingga era Jokowi. Dari macet hingga ingar-bingarnya. Dari mulai berangkat hingga para pemudik kembali. Tiap tahun selalu begitu.
Tentu saja tidak semua anak rantau mudik tiap menjelang Lebaran. Ada yang tetap memilih Lebaran di perantauan. Alasannya berbeda-beda. Entah karena kedua orangtua sudah tiada di kampung, entah karena tidak punya biaya perjalanan dan bekal selama di kampung. Meski begitu, kabar mudik selalu menarik. Tiap tahun selalu begitu.
Akan tetapi, ada yang berbeda tahun ini.
Tengoklah Twitter sejenak. Ingat, sejenak saja. Terlalu lama di linimasa dapat mengancam keselamatan pikiran jernihmu. Terlalu banyak perdebatan dan pertengkaran. Ihwal sepele saja dikupas panjang-lebar. Perkara sepele dipenting-pentingkan. Yang penting malah disepelekan.
Mengapa saya meminta Anda melongok Twitter? Ya, soal mudik tahun ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, Twitter jadi medsos yang asyik buat tukaran kabar. Jalan macet dibagi di linimasa. Ada kecelakaan banyak yang turut berkabar. Tahun ini tidak. Boro-boro tukaran kabar, Twitter malah jadi ring tempat warganya gontok-gontokan dan cakar-cakaran.
Siapa yang gontok-gontokan dan cakar-cakaran itu? Ini dia pokok masalahnya. Barangkali Anda pernah mendengar istilah cebong dan kampret. Ya, dua istilah ini diambil dari nama binatang, kemudian disematkan pada pendukung Pak Jokowi dan lawan politiknya. Cebong bagi pendukung Pak Jokowi, kampret bagi yang anti pada beliau. Sebelumnya ada istilah bani taplak dan bani datar. Ada-ada saja, kan?
Di sinilah akar perkaranya.
Riuh-rendah perkara mudik ini dipicu oleh cuitan Mardani Ali Sera. Doi dari barisan anti-Jokowi. Masuk dalam golongan kampret. Wakil rakyat dari Fraksi PKS ini naik daun setelah menggadang tagar yang menyita perhatian. Tagar #2019GantiPresiden namanya. Tetapi, maaf, saya tidak akan menyigi makna, menyasar visi, dan menyelisik geliat tagar tersebut. Sekali lagi, maaf.
Mari kita sasar saja akar perkaranya.