Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Puisi | Menyeru Waktu dari Bibir Beranda

Diperbarui: 19 Mei 2018   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. (pixabay)

Subuh, sudahkah kamu bangunkan Harapan yang lelap di kamar Putus Asa? Katakan kepadanya. Aku ingin mengajaknya berguru pada semangat matahari yang tak letih memulai hari.

Siang, susahkah kamu ingatkan Sunyi yang termangu di beranda Tak Berdaya? Bisikkan ke kupingnya. Aku ingin mengajaknya berguru pada tabah awan yang tak lelah dipermainkan angin.

Petang, sudilah kamu kirimkan Terang ke keluk ingatannya yang berkeriut di tenang Senja. Sertakan padanya: kegembiraan menanti beduk magrib bagi perantau yang galau dibekuk rindu.

Malam, sukalah kamu bawakan Senang kepada kenangannya yang tercengang di pelukan Nasib Buruk. Ikutkan pula: cemas yang menyelinap ke palung mimpiku dan ingin pulang ke hatinya yang paling.

Dinihari, sucikah bibit Nestapa yang kamu hadiahkan bagiku di bibir beranda? Akan kusemai bibit itu di dada rapuhku. Biar tumbuh tabah, biar subur sabar. Kelak akan ia kenali aku sebagai haru cemburu yang tergugu di halaman Harapan.

Waktu, sulaplah aku menjadi embun yang sekarat di tepi daun, lalu jatuh ke tanah sebagai basah bagi rekah.

2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline