Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Serbet Kontrak Messi dan Serbet Hadiah Puisi

Diperbarui: 26 Mei 2019   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: radioacktiva.com

Tersebutlah seorang Pangeran Belia masuk ke sebuah bar. Tentu ia tidak sendirian karena umurnya baru menjelang 12 tahun. Orangtua dan Sepasang Kesatria menemaninya. Pangeran Belia itu diramalkan punya garis takdir tak terperi. Bakatnya alami dan langka.

Seorang Pejabat dari Benua Biru sudah menanti di dalam bar. Si Pejabat, Sekretaris Teknis, langsung memastikan biaya pengobatan bagi si Pangeran. Berapa pun besarnya. Asalkan si Pangeran dan keluarga bersedia diboyong ke Spanyol.

Syahdan, Kesatria Horacio dan Minguella semringah. Tawaran diterima. Sayang tidak ada kertas untuk penandatanganan kesepakatan secara formal. Mesti ada hitam di atas putih. Untung si Pejabat panjang akal. Diambilnya selembar tisu, serbet dalam bentuk kertas, dan menuliskan kontrak buat si Pangeran Belia. Si Pejabat, Carles Rexach, tertawa bahagia.

Andaikan saat itu tak ada serbet dalam bentuk kertas tisu, barangkali kita tidak akan menikmati liukan indah dan gocekan maut si Pangeran Belia dalam balutan seragam Blaugrana. Orang-oramg sekarang mengenalnya sebagai King Messi.

Serbet itu semula disimpan oleh Kesatria Minguella di sebuah bank di Barcelona. Hanya keluarga si Pangeran (yang sekarang sudah dewasa) atau pihak yang diizinkan manajemen FC Barcelona yang boleh melihatnya.

Sekarang tidak lagi. Arkian, khalayak sudah bisa melihat serbet bersejarah itu di Museum Kota Barcelona. Keindahan tarian Messi bermula dari serbet. 

Maka, jangan sepelekan serbet.

***

Tersebutlah seorang Penyair Muda, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Banten, melihat keriuhan perayaan Hari Pendidikan Nasional. Ada pula Lomba Baca Puisi. Atas nama cinta, ia turut serta meramaikan keriuhan. Maklum, puisi punya tempat khusus di hatinya

Alangkah riang perasaannya sewaktu namanya ditabalkan sebagai Juara II. Semula cuma ikut ramai-ramai, malah menang. Semula tanda cinta, malah pulang mengepit tanda mata. Itu barangkali yang disebut ramai dicinta hadiah pun tiba.

Namun ada yang menggelitik. Ternyata hadiah dari Panitia, yang bertungkus lumus di dunia pendidikan dan kebudayaan,  hanya dua lembar serbet. Entah buat menyeka leleh air mata, entah buat membendung kucur keringat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline