Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Makna 1 Dekade Menjadi Kompasianer (2013-2023)

Diperbarui: 8 Agustus 2023   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu tampilan akun Kompasiana saya (Sumber: Screenshot)

Hari ini tanggal 8 Agustus 2023 saya merayakan satu dekade menjadi Kompasianer dengan sepanjang hari berada di rumah saja. Sebagai ungkapan rasa bahagia saya merayakan 10 tahun menjadi Kompasianer. Sepuluh tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 8 Agustus 2013 pada Pukul 18.31 Wita, saat saya mempublikasikan artikel perdana dan selanjutnya bergabung sebagai Kompasianer. Sepuluh tahun bukan waktu yang cepat sehingga saya patut memikirkan maknanya.

Mengapa Saya Bertahan Selama 10 Tahun?

Saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan atas berkatNya bagiku selama 10 tahun di Kompasiana sebab inilah satu-satunya akun Blog Kompasiana saya yang saya buat dan dapat bertahan sampai genap 1 dasawarsa tepat hari ini tanggal 8 Agustus 2023 dengan 1.185 artikel.

Sumber: id.pingtree.com.

Saya telah mampu mempertahankan akun ini selama 10 tahun di tengah-tengah banyak krisis dalam kehidupan ini. Salah satunya saya tetap menulis selama krisis Pandemi Covid-19 tahun 2020-2022.

Hingga akhir tahun 2022 lalu, akun ini berada di atas peringkat 100 dan berstatus centang biru. Saya dapat bertahan selama 10 tahun karena saya menuliskan ide-ide baik di Kompasiana. Akun Kompasiana ini dapat bertahan selama 10 tahun karena berisi ide-ide baik dan bermanfaat bagi para pembaca. Terdapat  2 kata kunci untuk menggambarkan akar kekuatan saya menulis ide-ide baik di sini yaitu: berani dan cinta.

Inspirasi dari Albert Camus

Dua kata kunci di atas saya temukan dari Albert Camus (1913-1960). Albert Camus adalah filsuf absurdisme asal Perancis dan peraih Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1957 dalam usia 44 tahun.

Camus dikenal sebagai filsuf absurdirsme tetapi ia sesungguhnya menolak absurdisme. Karena jika orang tenggelam dalam absurdisme ia akan kehilangan kehidupan. Untuk memiliki hidup berkualitas setiap manusia harus mampu melawan absurdisme dengan cara berani dan penuh cinta.

Tanpa keberanian dan rasa cinta saya tidak mungkin tetap  bertahan sebagai penulis Kompasiana. Karena saya hidup dalam lingkungan yang sudah lama tidak punya tradisi menulis.Mayoritas warga tetangga saya hidup dari pertanian dan peternakan.

Hidup dalam lingkungan yang tidak biasa menulis membuat saya membangun revolusi. Tak bisa tidak membutuhkan modal berani dan modal cinta. Berani untuk menghadapi kehidupan yang sangat keras dan berani memandang orang-orang dan lingkungan alam saya yang keras dengan cinta, bukan dengan mengeritik.

Sumber: detik.com.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline