Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Kerja Fisik: Maju Pantang Mundur

Diperbarui: 11 Januari 2022   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sering sulit manusia mampu mengukur tingkat keberhasilan dari sebuah pekerjaan fisik. Tambahan pula, berbagai hasil penelitian tentang dampak kerja fisik banyak dipengaruhi oleh upaya manusia membela, membebaskan diri dan menghibur diri sendiri dari kerja fisik. Sebab pada dasarnya, manusia sering berusaha untuk menghindar atau membela diri dari kewajiban kerja fisik. Padahal kerja fisik adalah keharusan dalam hidup. 

Sudah sejak lama manusia membenci kerja fisik karena pekerjaan fisik menguras tenaga. Itulah sebabnya manusia tidak mau bekerja fisik. Padahal studi intensif mengatakan bahwa hasil kerja fisik lebih berguna dan banyak menyumbang sesuatu bagi kebutuhan hidup manusia setiap hari daripada kerja mental.

Dalam hal ini, ada banyak hal yang harus diperhatikan bagi seorang pekerja fisik, terutama adalah kesimbangan antara kerja fisik dengan: 1). istirahat, 2). kebersihan diri dan lingkungan, 3). rekreasi, 4). doa, serta 5). nutrisi atau makanan. Tanpa nutrisi yang bergizi, kebersihan, doa, rekreasi  dan istirahat yang seimbang dengan kerja fisik, seorang pekerja fisik gampang menderita sakit atau gagal bekerja fisik.

Kerja fisik berbeda dengan latihan fisik. Kerja fisik lebih bersifat permanen dan berlangsung seumur hidup. Hasil-hasil kerja fisik berfaedah bagi kehidupan manusia, bukan hanya diri sendiri, tetapi sosial, negara bahkan agamanya. Latihan fisik juga berguna bagi hidup sendiri, hidup sosial, agama dan negara, tetapi hanya bersifat sementara atau tidak permanen.  

Seorang olahragawan/i yang berprestasi hanya bertahan hingga umur 35 tahun. Setelah berumur 35 tahun prestasi seorang olahragawan/i mulai menurun. Setelah tidak lagi berprestasi, ia beralih profesi dengan salah satunya mungkin memilih untuk menjadi pekerja fisik untuk seterusnya.  Kondisi olahragawan/i berprestasi berbeda dengan kondisi seorang petani yang dapat bekerja fisik seumur hidup. 

Pelukis, pemasak, buruh pikul, sopir/konjak, penenun/penjahit pakaian, penimbah air dari sumur, peternak sapi/kambing/babi/ayam/bebek/itik, pengambil kayu kering di hutan, pemungut sampah, perawat/bidan, tukang, olahragawan/i profesional, petani, dll membutuhkan aktivitas fisik lebih banyak dan tinggi. 

Dari antara semua pendapat yang muncul tentang kerja fisik, saya lebih memilih hasil dari aktivitas fisik yang tinggi harus diukur pada kebermanfaatannya. Kebermanfaatkan hasil dari pekerjaan fisik harus menyata bagi diri, sosial, agama dan negara. Ukuran kebermanfaatan hasil kerja fisik harus menyata, sering juga bersifat transendensi. 

Dalam kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini, perawat, dokter dan bidan adalah para pekerja kerja fisik yang amat berbahaya bagi kesehatan diri. Banyak dokter, perawat dan bidan telah meninggal akibat diserang Covid-19. Tetapi orang-orang ini tidak mau menghindari diri dari pekerjaan ini, malahan semakin banyak orang ingin menjadi dokter, perawat dan bidan. 

Akhirnya selama pandemi Covid-19 ini sudah lebih dari 300 orang nakes Indonesia dianggap pahlawan dan dianugerahkan bintang jasa utama oleh Presiden Joko Widodo. Hal ini berarti, seorang pekerja fisik harus setia dan tidak boleh melarikan diri dari pekerjaannya. Manusia harus maju pantang mundur untuk kerja fisik. Jadi pekerjaan fisik adalah pekerjaan mulia dan kebermanfaatan besar bagi hidup ini. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline