Sebuah penelitian cermat di Jerman mempertanyakan penggunaan masker umum atau masker sederhana dan pengaturan jarak aman 1 meter oleh publik sebagai cara efektif mencegah menularnya virus Corona. Masker-masker umum berukuran kecil sehingga kurang mendapatkan rekomendasi oleh WHO. Masker yang paling direkomendasikan untuk digunakan publik selama pandemi Covid-19 ialah masker yang berlabel atau bertuliskan: KN95 atau N95.
Jenis masker N95 dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap transmisi aerosol. Masker N95 tidak berbeda dengan masker medis. Soalnya virus Corona menyebar bukan dengan droplet saja, tetapi juga aerosol. Para ahli belum menemukan bukti bahwa virus Corona bisa menyebar oleh kontaminasi udara. Biasanya campuran droplet* dan aerosol** tercipta saat berbicara dan batuk dan menyebar hingga 8 meter dari asalnya. Kondisi demikian adalah amat berbahaya bagi penyebaran virus apapun, termasuk virus Corona.
Masih diragukan juga adalah pendapat yang mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 dapat melayang selama berjam-jam di udara. Virus Corona masih terbang selama berjam-jam di tempat di mana orang yang menyebarkan virus Corona berdiri atau duduk, meskipun dia tidak ada lagi di situ, masih perlu diteliti lagi.
Menurut penelitian terbaru, reproduksi virus SARS-CoV-2 menyerupai virus influenza daripada menyerupai virus Campak yang juga menyebar melalui udara. Penyebaran virus Corona yang paling mungkin adalah kontak langsung dengan penderita Covid-19. Selain itu, cara-cara penularan yang paling mungkin juga adalah melalui grup paduan suara/koor, restoran dan kantor terbuka, seperti: pasar, tempat ibadah, terminal. Selain masker umum tidak sesuai dengan standar kesehatan WHO, juga jarak aman satu meter tidak sesuai dengan aturan WHO. Masker yang memenuhi syarat kesehatan WHO ialah masker jenis N95 dan jarak aman yang paling dianjurkan harus berjarak minimal 1,5 meter.
Fakta-fakta telah membuktikan bahwa masker-masker umum yang sederhana lebih banyak dipakai di seluruh Indonesia. Jika pengaturan jarak aman 1 meter masih tetap diragukan, Indonesia masih dibayangi silent outbreak. Hal itu berarti, jumlah penderita akibat penyebaran virus Corona dikuatirkan lebih meningkat dari jumlah sesuai data-data yang telah dilaporkan. Faktor-faktor penyebabnya adalah aktivitas-aktivitas seperti: paduan suara/koor berkelompok, tempat-tempat hiburan, ibadah-ibadah keagamaan yang terus berlangsung dalam ruangan yang terutup, juga pasar-pasar dan toko-toko masih beroperasi seperti dahulu.
Dengan segala kondisi yang kurang memenuhi persyaratan WHO yang dilakukan oleh publik di Indonesia, tidak heran banyak ahli masih meragukan data-data penderita Covid-19 di Indonesia. Artinya terjadi bayangan silent outbreak dengan jumlah penyebaran virus SARS-CoV-2 lebih tinggi dari data-data penderita Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah ini pemerintah dan LSM-LSM dianjurkan hanya boleh membagikan masker-masker jenis N95 saja dan penataan jarak aman harus dibuat hingga minimal 1,5 meter.
Keterangan:
*Droplet adalah cairan atau cipratan liur yang dikeluarkan seseorang dari hidung atau mulut saat bersin, batuk, bahkan berbicara.
**Aerosol adalah partikel cair yang sangat kecil dan ringan, sehingga dapat tersuspensi dan mengapung di udara.