Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Pendidikan di Daerah Tertinggal Makin Memburuk

Diperbarui: 8 Oktober 2020   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelas-kelas di NTT ditutup selama Pandemi Corona. (Foto: Istimewa/Liputan6.com).

Penelitian menunjukkan bahwa jutaan anak terancam putus sekolah akibat pandemi Corona. Hal yang paling buruk menimpah pendidikan di daerah terpencil. Pandemi Corona mematikan mutu pendidikan di daerah-daerah tertinggal. 

Selama Pandemi Corona, mutu pendidikan di daerah tertinggal memburuk. Faktor penyebab menurunkan kualitas pendidikan selama Pandemi Corona di daerah-daerah tertinggal adalah tidak adanya jam tatap muka secara maksimal.

Sebagaimana diketahui bahwa faktor kemampuan berpikir para siswa dan para guru di daerah-daerah tertinggal adalah kurang memuaskan. Hal ini terdeteksi dari kurang adanya gerakan literasi yang bagus di setiap sekolah. 

Para siswa dan guru tidak pernah menghidupkan gerakan literasi sehingga membuat para siswa dan guru tidak mengembangkan kemampuan berpikir dengan baik.

Masalah pendidikan di daerah tertinggal adalah masalah kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) guru dan kepala sekolah yang rendah dalam mengelola pendidikan di sana. 

Mayoritas sekolah di daerah-daerah tertinggal termasuk wilayah zone hijau sehingga bisa melakukan kegiatan tatap muka terbatas di kelas sesuai protokol Covid-19. Tetapi Pandemi Corona, hampir semua Sekolah ditutup. Masalahnya tidak semua siswa dan guru melaksanakan tatap muka secara digital.

Untuk tingkatan SMA saja masih sulit, apalagi tingkatan pendidikan di bawahnya, yakni: SMP dan SD. Di daerah-daerah tertinggal, skill para guru dan siswa dalam memanfaatkan internet masih lemah. 

Hal ini tidak didukung oleh kuota internet dan peralatan seperti Handphone. Persoalan-persoalan ini manjadi faktor penyebab tidak ada lagi tatap muka di kelas-kelas pada hampir semua sekolah.

Beberapa Sekolah membuat kebijakan tatap muka beberapa hari dalam seminggu dengan jumlah siswa dalam kelas dibatasi dan pengaturan jam tatap muka tidak sampai jam 12.00 siang setiap hari. 

Dengan tidak adanya kegiatan tatap muka, maka Sekolah-Sekolah di kawasan daerah tertinggal akan mungkin kehilangan hak mereka mendapatkan dana BOS. 

Perlu waktu panjang untuk memulihkan kualitas pendidikan pasca Pandemi Corona. Padahal Pandemi Corona belum juga berakhir hingga kini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline