Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Nilai-Nilai Luhur Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Belu dan Malaka

Diperbarui: 6 Oktober 2020   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu rumah adat di Kab. Belu dan para penghuninya. (Foto: Ist/Yandi/Beritagar.id).

Rumah adat tampak amat natural. Meskipun tampak rapuh dan tanpa pelindung pagar rumah, tetapi bangunan itu adalah fakta sosial yang memiliki nilai-nilai luhur yang tinggi. Bangunan rumah di atas dikenal dengan nama rumah adat. Banyak rumah adat di Belu-Malaka telah dibangun secara gotong royong oleh komunitas adat setempat untuk menghidupkan tradisi budaya. Adat istiadat biasanya berkembang dari paham religinya melalui ritus-ritus adat. 

Para warga adat di Belu dan Malaka telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mempertahankan kekhasan dan nilai ekslusif adat istiadat di tengah kemajuan zaman. Melalui ritus-ritus adat, para warga adat menjaga adat warisan leluhur. Adat istiadat menjaga kelestarian nilai-nilai luhur memberikan warna berbeda dalam menjaga keragaman budaya NKRI. Nilai-nilai luhur, seperti: kerja keras dan kerja tuntas, estetika, nilai musikalistis, gotong royong, saling menghormati dan menghargai berkembang dan bertumbuh dalam komunitas adat. 

Hanya saja letak wilayah-wilayah tersebut masih cukup jauh dari jangkauan program pembangunan pemerintah. Sangat mengembirakan bahwa hampir semua wilayah adat di Belu dan Malaka adalah wilayah-wilayah yang termasuk jangkauan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) pemerintah sesuai Keppres No. 111 Tahun 1999. KAT adalah kelompok sosial budaya yang bersifat domestik  dan terpencar atau belum terlibat dalam jaringan sosial, ekonomi dan politik. Pemberdayaan KAT melibatkan lintas sektoral.  

Salah satu proses pembangunan rumah adat. (Foto: Ist).

Para warga di daerah-daerah KAT mendapatkan pelayanan bantuan kebutuhan-kebutuhan dasariah, berupa peralatan rumah tangga, yaitu: kasur busa, bantal kepala, bantal guling, lampu, sprei, dan rak piring. Selian barang-barang tersebut juga diberikan bantuan-bantuan, seperti: listrik, makanan, air minum, rumah dan pakaian, termasuk bantuan kesehatan. Wilayah-wilayah KAT meliputi wilayah-wilayah di pedalaman Belu, seperti: Maudemu, dll. Bantuan-bantuan paling terkenal adalah PKH dan Bantuan Pangan Non Tunai atau Beras Sejahtera (Rastra). Bantuan-bantuan tersebut ditujukan untuk menunjang kehidupan para warga adat.

Masyarakat adat. (Foto: Ist.),

RS Tipe D RS Marianum Halilulik adalah salah satu cerminan untuk melihat kualitas kesehatan warga adat terpencil di wilayah pedalaman Kabupaten Belu dan Malaka. Suasana RS ini dipenuhi pasien-pasien yang tidak mampu secara ekonomis. Meskipun dengan hanya membawa KIS, para pasien dapat melakukan rawat inap.

Saya mendengar kesaksian dari para pasien bahwa para pasien pemegang KIS ditolong dengan tidak  membayar biaya sewa kamar inap, oksigen dan infus. Para peserta KIS hanya membayar biaya bayar obat di apotek. RS Marianum dilayani oleh para perawat, bidan dan dokter terlatih. Bahkan RS beberapa kali dikunjungi juga oleh para dokter dari pusat bahkan Australia untuk melakukan pelatihan dan pelayanan medis. Dengan kategori tipe D, RS Marianum sudah melayani operasi-operasi cukup berat, termasuk operasi katarak dan usus buntu. Pelayanan bantuan kepada para warga KAT adalah pelayanan bantuan paling menarik dan biasanya menyentuh kebutuhan pokok para warga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline