Tema artikel untuk lomba blog yang diselenggarakan KORINDO hingga 30 September 2020 ini terasa menarik. Lomba #Korindoblogcompetition2020 mengambil tema: Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Daerah Pedalaman. Kawasan pedalaman Papua adalah salah satu daerah pedalaman yang paling disoroti. Saya coba menyimak bagaimana pesta bakar batu berakibat kurang baik bagi kesehatan anak-anak Papua. Bakar batu adalah pesta tradisional orang-orang pedalaman di Papua yang di mata saya memiliki masalah kesehatan yang cukup parah.
Dampak Pesta Bakar Batu di Papua
Tentu Anda pernah membayangkan akibat kebiasaan pesta bakar batu bagi kehidupan anak-anak di pedalaman Papua? Akibatnya memang menyedihkan! Ritus-ritus adat hanya ada di sekitar masyarakat yang sederhana. Ritus-ritus adat memang membuktikan adanya bobot pengakuan terhadap hak, kewajiban dan status sosial sang anak sebagai anggota etnisitas.
Mungkin kita jarang tahu akibat pesta bakar batu bagi anak-anak Papua karena ilmu pendidikan di Indonesia memiliki kekurangan besar pada teori-teori mengenai identitas anak. Pembangunan fisik menelantarkan filsafat pendidikan. Oleh karena itu praksis pendidikan mudah didorong oleh sikap emosional daripada fakta-fakta. Atau memang praksis pendidikan didorong oleh analisis, hanya analisis itu berdasarkan pada kepentingan golongan dan parpol tertentu.
Sejak dahulu masyarakat pedalaman Papua diidentikkan dengan kehidupan aturan adat. Tidak sadar pesta-pesta membahayakan kesehatan diri. Dalam kasus pesta adat bakar batu di Papua, kita dapat menyimak bahwa pesta adat itu meningkatkan persaudaraan antara anggota suku dan pada sisi lainnya menimbulkan masalah pada kesehatan dan keamanan.
Dalam banyak kasus, setelah anak-anak selesai mengikuti pesta adat bakar batu di pedalaman Papua, banyak anak Papua menderita penyakit cacing dengan perut membuncit, badan kurus dan wajah pucat. Selian itu pesta bakar batu membawa risiko terjadinya kericuhan massal. Makanan yang disajikan secara massal dengan cara bakar batu membawa risiko gizi buruk melanda anak-anak dan orang dewasa.
Sebuah penelitian menunjukkan konsumsi daging babi yang tidak higienes dalam pesta bakar batu masyarakat Papua mengakibatkan anak-anak menderita penyakit cacingan, dll. Jika kita menyaksikan para warga yang membakar umbian dan daging dengan menggunakan batu panas yang dibakar agaknya menghasilkan makanan yang kurang higienes.
Banyak warga suku Papua makan dengan cara yang cukup tidak higienes. Hal itu membawa banyak dampak negatif bagi kesehatan dengan munculnya banyak penyakit akibat kurangnya kebersihan. Juga akibat mereka menyantap daging dan makanan yang tidak higienes. Konon daging babi yang dibakar dengan cara bakar batu belum benar-benar matang dan masak. Sehingga karenanya dapat menimbulkan penyakit, seperti: kecacingan, malaria, demam, hepatitis, dll. Penyakit-penyakit terjadi karena para warga menyantap daging yang tidak masak benar dan duduk di tanah seperti itu.
Selain hal itu, terdapat banyak kebiasaan para warga pedalaman mengakibatkan hal-hal negatif bagi kesehatannya, seperti: merokok, minuman keras tradisional, kebiasaan judi dan kebiasaan mete malam. Kebiasaan-kebiasaan itu sering dilakukan bersamaan dengan acara adat. Hanya saja kurang bagus bagi kesehatan para warga pedalaman.
Segala program bagi peningkatan kualitas kesehatan di daerah pedalaman seharusnya dimulai dari program identifikasi diri. Identifikasi diri adalah program pendaftaran identitas diri oleh negara meliputi: Akta kelahiran, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Dengan adanya surat-surat tentang identitas diri yang dimiliki setiap individu dan keluarga, segala program peningkatan kesehatan manusia di daerah pedalaman dapat dilakukan dengan lancar dan tepat sasaran oleh pemerintah, LSM dan lembaga agama.
Adat Memberikan Bobot Tinggi untuk Manusia , Tetapi...
Kondisi pesta adat yang kurang hiegienis ternyata lain di Papua, lain di NTT. Anda bisa menemukannya di mana saja, seperti: Timor, Sumba, Flores, dll. Dalam satu kompleks setingkat Rukun Tetangga (RT) berdiri beberapa rumah adat tradisional yang di dalamnya hidup bersama beberapa keluarga inti.