Apabila Anda membuka Website broke, maka Anda dapat mengetahui betapa besarnya jumlah uang yang dihasilkan para broker handal. Kemunculan para broker di dunia maya adalah akibat pandangan-pandangan ekstrem tentang uang sebagai faktor penentu kemajuan. Padahal uang bukan merupakan faktor penentu kemajuan. Sehingga fenomena broke adalah salah satu ekstrem yang keliru dalam menafsir batasan tentang kemajuan. Pendidikan tidak bertujuan untuk mencetak para broker. Sistem berpikir para broker bertentangan dengan pedoman-pedoman haluan pendidikan di Indonesia.
Dua Ekstrem
(a). Ekstrem Pertama
Apakah yang terjadi dengan ekonomi Indonesia jika semua orang lebih banyak menabung dan menumpukkan uangnya di bank-bank, tetapi tidak banyak meminjam uang di bank-bank?
Pertanyaan pada point (a) di atas memiliki 3 jawaban, yaitu: pertama: suku bunga bank meninggi dan bank-bank akan merugi, kedua: ekonomi nasional menjadi letih-lemas-lesu, ketiga: kondisi ini menjadi lahan yang sangat subur bagi tumbuh dan berkembangnya para broker.
(b). Ekstrem Kedua
Apakah yang terjadi dengan ekonomi Indonesia jika orang tidak suka menabung uang di bank-bank tetapi orang lebih banyak meminjam uang dari bank-bank?
Pertanyaan pada point (b) di atas memiliki 5 jawaban, yaitu: pertama: pendirian banyak industri meningkat dengan sangat cepat. Industri-industri membuat dinamika kehidupan para warga meningkat. Dengan munculnya banyak industri, maka lapangan kerja meningkat, kedua: pendapatan pemerintah di sektor pajak meningkat. Ketiga: industri-industri membuat eksport nonmigas meningkat, sebaliknya import dari luar negeri menurun. Keempat: inflasi cenderung meningkat karena masyarakat terlalu boros dan tidak hati-hati melakukan pengeluaran. Kelima: industri-industri strategis menindas para broker. Para broker menjadi takut dan lari akibat ancaman dari kepentingan-kepentingan industri strategis. Broker yang kehilangan keuntungan cenderung melontarkan banyak kritik yang tidak berguna.
Mengambil Jalan Tengah
Dua ekstrem di atas adalah haluan ekonomi yang terbukti gagal menghantar rakyat pada kemajuan dan kedamaian. Kegagalan ekstrem pertama terletak pada tingkat suku bunga yang tinggi dan ketidakmampuan menciptakan lapangan kerja. Ekonomi menjadi lemah dan lesu. Kegagalan ekstrem kedua adalah pada tingkat inflasi yang tinggi sehingga inflasi tidak mampu dikendalikan oleh negara. Dalam kondisi ini jumlah uang dicetak oleh negara secara tiada henti.
Jika suku bunga bank tinggi, maka inflasi akan menjadi rendah. Tetapi jika bunga bank rendah maka inflasi akan menjadi tinggi. Pemerintah hanya memberlakukan penurunan suku bunga untuk industri-industri yang berorientasi pada eksport. Tetapi pada tingkat akar rumput sampai dengan para pengusaha kecil, tingkat suku bunga tetap tinggi dan selalu memberatkan para pengusaha kecil, tak bisa diturunkan.
Jalan keluar terbaik, menurut alm. Prof. B. J. Habibie ialah melakukan politik ekonomi zig zag. Sehingga politik ekonomi terbaik adalah system ekonomi yang bergerak secara zig zag yakni: sistem ekonomi yang berada di antara ekstrem pertama dan ekstrem kedua. Ekonomi zig zag ini lebih cocok sebagai ekonomi rakyat yang termaktub dalam sistem ekonomi koperasi.
Untuk mencapai sistem ekonomi jalan tengah dibutuhkan kehandalan manusia. Kehandalan manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia yang unggul dan handal dapat membuat kebijaksanaan tepat untuk mengatasi 2 ekstrem ekonomi di atas. Dalam kondisi ini, kita harus sadar bahwa kemajuan terletak pada faktor manusia. Kemajuan tidak terletak pada besarnya dana atau biaya.
Pendidikan dan bank adalah 2 dunia yang berbeda. Pendidikan berurusan dengan pembangunan bangsa dalam bentuk pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan melihat manusia sebagai potensi, bukan sebagai problema. Melalui pendidikan, manusia diberikan nilai tambah sehingga berubah untuk menjadi potensi-potensi yang siap berpartisipasi dalam kemajuan bangsanya.
Semestinya kita harus yakin bahwa biaya atau dana bukan menjadi faktor penentu kemajuan. Tetapi manusia adalah faktor penentu kemajuan. Jika biaya lebih unggul dari manusia, maka semua orang akan berorientrasi ke broker. Profesi broker terjadi ketika orang berpikir bahwa orientasi dalam pekerjaan adalah ke arah menguntungkan secara ekonomis.